Mohon tunggu...
Jelita Srinita
Jelita Srinita Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Mengerjakan tugas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjuangan Slamet Riyadi

10 November 2021   13:07 Diperbarui: 10 November 2021   13:09 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Masih tanya kenapa? Sudah jelas Jepang itu tidak memiliki rasa kemanusiaan untuk rakyat indonesia, mereka sudah memperbudak kita lalu apa? Kita harus bekerja sama dengan mereka? Sangatlah tidak sudi, lebih baik saya mati saja." Jawab Amir Syarifuddin.

 "Kalau begitu tidak usah ikut saja tapi bantu kami caranya biar kami saja yang menjalankan, kalian berikan arahan pada kami." Ucap Slamet. 

"Baiklah, rencana kita sudah deal seperti ini jadi siapa saja yang akan ikut serta dalam rencana ini?" Tanya Sutan. Sebagian besar orang yang hadir atau ada disitu setuju akan rencana Slamet, tetapi ada yang tidak bersedia bekerja sama dengan pemerintah Jepang, karena satu dan lain hal. Para Pejuang Nasionalis yang tidak bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah penjajah yaitu Sutan Sjahrir, Achmad Subarjo, Sukarni, A. Maramis, Wikana, Chairul Saleh, dan Amir Syarifuddin. 

Suatu kali saat menjalankan tugas, Slamet Riyadi pernah menyatakan cita-citanya kepada sahabat sekaligus rekan kerjanya, Kolonel A.E. Kawilarang. 

"Kalau operasi ini selesai, saya ingin membentuk pasukan khusus yang setangguh pasukan baret hijau Belanda seperti yang kita hadapi saat ini," ucap Slamet Riyadi. 

Keinginan itu tak kuasa diwujudkan. Namun, cita-cita Slamet Riyadi ditunaikan A.E. Kawilarang dengan membentuk Kesatuan Komando (Kesko), lalu berturut-turut berganti nama Korp Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha), hingga menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Pada 14 Februari 1945, setelah Jepang mulai mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II, Rijadi beserta rekannya sesama pelaut meninggalkan asrama mereka dan mengambil senjata, Rijadi pulang ke Surakarta dan mulai mendukung gerakan perlawanan di sana. 

" Kawan ayo kita pulang dan berjuang mempertahankan negara ini dari penjajah, ambillah senjata kalian masing -- masing, kita tidak bisa berdiam diri saja disini sedangkan negara kita dalam kondisi yang seperti ini, seluruh rakyat juga sedang berjuang kita harus ikut serta kedalamnya karena kita adalah generasi penerus dinegara ini." Ajak Slamet kepada teman -- temannya. 

Salah satu gebrakan Slamet Riyadi dan rekan-rekannya yang dilakukan berhasil membawa kabur kapal milik Jepang, serta menggalang kekuatan dari para prajurit Indonesia yang sebelumnya tergabung dalam kesatuan militer bentukan Dai Nippon.

Belanda berusaha untuk kembali menjajah Indonesia.Karena tidak ingin hal itu terjadi, rakyat Indonesia melakukan perlawanan. Slamet mulai melakukan kampanye gerilya melawan Belanda. Ia bertanggung jawab atas Resimen 26 di Surakarta. Selama Agresi Militer Belanda I, Riyadi memimpin pasukan Indonesia di beberapa daerah di Jawa Tengah, termasuk Ambarawa dan Semarang, beliau juga memimpin pasukan penyisir di sepanjang Gunung Merapi dab Merbabu.

Aksi-aksi gerilya yang dilancarkan pasukan Slamet Rijadi sangat merepotkan pasukan Belanda di sekitar Solo. Komandan pasukan Belanda di Bangak mencoba melakukan "perang urat syaraf". Dalam surat yang dikirimkanya kepada Slamet Rijadi diperingatkannya bahwa aksi gerilya akan dibalas Belanda dengan aksi yang lebih hebat yang tentu saja akan menimbulkan korban dan kerugian di pihak rakyat. Untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak lagi, dimintanya agar Slamet Rijadi menghentikan perlawanan dan menyerah dengan membawa bendera putih. Komandan Belanda ini juga mengatakan akan menerima setiap anggota pasukan Slamet Rijadi yang mau menjadi tentara Belanda. "Untuk apa aku membalasnya, pasti mereka hanya mengelabuiku agar aku menyerah dan kehilangan pasukan ku, hingga aku tak bisa lagi melawan mereka." Ujar Slamet. Jadi surat itu tidak digubris oleh Slamet Rijadi, bahkan ia semakin meningkatkan aksi-aksi gerilyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun