Mohon tunggu...
Jeko Spastyono
Jeko Spastyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Black and White aren't colours. They are just some background. Please, do walk out from them and splash your own dyes. Don't worry about stinting it. Because an artist never worries about tainting the background."

Be crazily LAZY.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cripple Magus Ch2, Another World, Another Family, The Same Fate

14 September 2021   11:03 Diperbarui: 14 September 2021   11:11 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak...tidak..., kau tidak boleh membunuh anak kita! Alfons, anak kita akan telat untuk mempelajari ilmu sihir tingkat tinggi dibanding dengan para bangswan lain, namun tak berarti bahwa dia tak bisa menjadi pemimpin yang dibutuhkan oleh keluarga Douglas! Aku mohon Alfons, anak kita barulah lahir! Apa kau tega untuk membunuh anak ini?" mohon Maria

Wajah Baron Douglas dipenuhi urat nad yang menegang, terlihat jelas bahwa ia sedang menahan amarah yang sangat besar. Keluarga Douglas sedang mengalami kemunduran, bahkan kini dibawah kepemimpinan Alfons Douglas. 

Keluarga ini masih tetap mengalami kemunduran. Semua ini terjadi adalah karena dalam keluarga Douglas selain kakek dari Alfons tidak ada lagi penyihir dalam keluarga ini yang mencapai Magus. Dimana Alfons sendiri masih terjebak pada level intermediate wizard!

Bila putra cacatnya yang baru akan bisa belajar sihir tingkat tinggi di usia 15 tahun memimpin keluarga ini, maka kemungkinana besar kebangsawanan keluarga ini akan hilang dan ia tak akan bisa menahan rasa malu dan bersalaha kepada para leluhur dari keluarga ini!

Baron Alfons mengambil nafas panjang, ia sudah mengira bahwa istrinya tidak akan dapat merelakan anak mereka. Oleh karenanya ia memang memiliki satu rencana lain untuk menengahi kepentingan. 

"*Inhale.... *Exhale... Baik bila kau masih ingin merawat anak itu. Kau masih bisa merawatnya, namun status anak itu bukan lagi anak kandung kita! Dia akan menjadi warga biasa dari kota Wersternfront dan tak ada sangkut pautnya lagi dengan keluarga Douglas!" jelas Baron Douglas dengan penu determinasi terpancar di matanya.

"Tidak! Apa kau sudah gila Alfons, jika kita membiarkan anak ini untuk tumbuh di panti asuhan di luar kastil sama saja kita membunuh anak ini! Kau tahu bagaimana mereka memperlakukan anak-anak semacam anak kita dikota ini! Tidak!" Tolak keras Maria dengan tangisan.

Melihat Maria yang menolak keras dan penuh dengan tangis, badan Baron Douglaspun ikut melemah layaknya balon yang kehilangan gas. Baron Douglas bukan seseorang leader yang memiliki visi dan akan melakukan apapun untuk mencapainnya. Oleh karenanya sikap tegas dan determinasi yang dimunculkan oleh hanya sebuah akting dirinya untuk melakukan mempersuasi istrinya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan Maria? Kita tak mungkin memberiarkan anak ini menjadi penerus keluarga Douglas!" jelas Baron Douglas lemas.

Pada saat ini tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, dan seorang pria tua berjenggot putih masuk bersama dengan Gisella yang pagi tadi membantu kelahiran Maria.

"Aku sudah mendengar semuanya Alfons! Jadi apa keputusan yang kau miliki sekarang?" tanya kakek tua itu mendekati Maria, sebelum akhirnya melirik wajah cucunya dan lengan tangan kiri dari cucunya yang kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun