Mohon tunggu...
Jeko Spastyono
Jeko Spastyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Black and White aren't colours. They are just some background. Please, do walk out from them and splash your own dyes. Don't worry about stinting it. Because an artist never worries about tainting the background."

Be crazily LAZY.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cripple Magus Ch2, Another World, Another Family, The Same Fate

14 September 2021   11:03 Diperbarui: 14 September 2021   11:11 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gisella, bila meumbuhkan tangan di usia dini berbahaya. Bagaimana jika kita menumbuhkannya saat ia sudah tumbuh menjadi anak-anak?" tanya balik Maria.

"Kau bisa melakukannya, akan tetapi hanya saat ia berusia diatas 15 tahun efek samping penumbuhan tangan secara paksa akan lebih ringan. Namun hal ini berarti ia harus meninggu 15 tahun lamanya untuk dapat memulai belajar ilmu sihir tingkat tinggi!" jawab Gisella

"15 tahun! Bagaimana bisa keluarga ini menunggu 15 tahun Gisella?" samber Alfons yang gelisah mendengar bahwa anaknya selama 15 tahun dari sekarang tidak dapat untuk mempelajari ilmu sihir tingkat tinggi.

"Kumohon Gisella! Kau pasti punya cara lain, tolong bantulah keluarga Douglas Gisella. Kau adalah teman masa kecil kakek buyutku, jadi aku mohon Gisella tolong bantu kami. Keluarga tak bisa menunggu 15 tahun untuk pewarisnya baru bisa belajar ilmu sihir tingkat tinggi." Pinta Baron Douglas yang setengah bersujud disamping Gisella, dengkulnya menyetuh tanah menunjukan determinasi dari sang Baron.

"*sigh...Tidak ada yang bisa aku lakukan Alfons, ini adalah takdir anak ini." Jawab Gisella dengan nada rendah, Gisella-pun sudah tak memiliki banyak tenaga lagi setelah menangani persalinan sulit dari Maria, terlebih dengan usia dari Gisella yang memang sudah tua.  

Pada akhirnya hari itu Baron Douglas tidaklah bisa memutuskan apakah ia harus memaksakan penumbuhan tangan anaknya atau tidak. Namun yang jelas seorang ahli waris dari keluarga Douglas tidak akan jatuh kepada anak ini.

Petang hari di hari kelahiran putra pertama Alfons Douglas. 

Di dalam kamar utama kastil, Baron Douglas dan istrinya Maria yang baru saja melahirkan di siang tadi melakukan perdebatan keras. Wajah Maria yang menggendong anaknya yang baru lahir dipenuhi dengan tangis. 

Percikan tangisan Maria yang mengenai anaknya dan membangunkan sang bayi. Untuk beberapa saat mata sang bayi terlihat shock setelah membuka, namun ekspresi tersebut berubah datar beberapa saat kemudia. 

Sedangkan disi lain Baron Alfons terlihat penuh dengan determinasi atas sebuah keputusan yang ia buat.

"Ini semua demi kepentingan keluarga ini Maria, hanya anak pertama yang boleh untuk mewarisi Gelar Baron dari ayahnya. Namun dikarenakan anak ini tidak akan mampu untuk menjadi pemimpin yang dibutuhkan oleh kerluarga Dougla, maka kita harus merelakannya Maria. Ini semua demi kepentingan keluarga!" persuasi Baron Douglas kepada istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun