Mohon tunggu...
Herlambang Wibowo
Herlambang Wibowo Mohon Tunggu... wiraswasta -

rumit mit mit mit tim tim tim timur -umit mit mit mit tim tim tim timu- __mit mit mit mit tim tim tim tim__ confused between what is and ain't __mit mit mit mit tim tim tim tim__ -umit mit mit mit tim tim tim timu- rumit mit mit mit tim tim tim timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelang Manik Merah Saga

6 Mei 2016   14:09 Diperbarui: 6 Mei 2016   19:10 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Risti membenarkan dengan penjelasan. Sekali pun belum bisa melihat dan tak ada yang mengajari, bayi bisa bergerak sendiri ke arah tetek ibunya di saat lapar. Begitu pun dengan anak-anak. Sekali pun tak ada yang mengajari dan tak pernah melihat secara langsung, setiap anak bisa memiliki gambaran dan pola yang sama saat melukis pemandangan. Dengan semangat ia merunut dasar-dasar tentang teori wahyu yang sedang dibangunnya.

“Jika dikatakan insting, dari mana datangnya jika tak ditunjukkan langsung oleh Tuhan?”

“Kamu memang di atas rata-rata!”

“Apanya?”

“Khayalanmu!”

Seketika tubuh kecilnya membalik searah dengan tatapan matanya. Dan cubitan manja pun mendarat di lengan kiri Yanto. Sikapnya terasa manja. Namun, justeru karena sikap seperti itulah yang seringkali membuat orang-orang di sekelilingnya merasa nyaman.

“Sudah! Sudah!”  Yanto sedikit menjauh, tapi sama sekali tak ingin menepis jemari mungil yang menempel di lengannya. “Kau tak ingin melepasnya?”

“Sakit ya? Maaf!” ia mengusap-usap bekas cubitannya.

“Maksudku gelang manik itu! Sudah tiga tahun lebih melingkar di lenganmu.”

“Belum ada penggantinya!” Jawabnya cepat, secepat tarikan tangannya. “Dan tak mungkin terganti!”

Kedua tangannya kini terlipat di depan dada. Seolah ingin menyembunyikan gelang manik tersebut dari tatapan Yanto. Begitu pun dengan palingan wajahnya yang kembali dihadapkan pada kaca jendela. Namun, kali ini sikapnya berbeda. Ia hanya duduk terdiam dengan tatapan yang menerawang bayangan di dalam kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun