perilaku anak-anak pada umumnya, seperti perilaku tidak mengikuti perintah/instruksi,
berkelahi, perilaku merusak, perilaku agresif verbal, serta penyendiri (Elisabeth, 2020; Kim &
Choe, 2022). Di beberapa sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi di kota
Yogyakarta, terdapat karakteristik perilaku yang sama antara siswa dengan gangguan emosi
dan perilaku dan anak-anak pada umumnya. Perilaku yang ditunjukkan adalah perilaku
eksternal yaitu perilaku agresif verbal dan fisik. Salah satu siswa yang awalnya tidak
melakukan perilaku agresif (verbal), menjadi melakukan perilaku agresif verbal karena
mencontoh siswa yang melakukan perilaku agresif verbal. Siswa berkata kasar saat ada
temannya yang mengejek nama orang tuanya. Beberapa karakteristik tersebut menyebabkan
siswa-siswa yang beresiko gangguan emosi dan perilaku cenderung sulit terdeteksi atau
bahkan tidak terdeteksi sehingga layanan pendidikan yang diberikan adalah sama dengan