"Ohoo... Kau sudah bangun rupa-rupanya."
Mette terkejut. Bukan Dame yang muncul namun seorang pria tua datang dari arah taman.
"Aku tengah melintas, lalu mendapati dirimu tertidur di bangku ini. Aku sempat berpikir untuk membangunkanmu, tapi melihat betapa damai dan nyenyak tidurmu, tak sampai hatilah aku," Bapak itu melepas topinya. Tampak di belakang topi huruf-huruf kecil bertuliskan kata 'Harald'.
"Ohh...ah, itu...," Mette tak tahu berkata apa. Matanya masih berkabut kebingungan dan bertambah tak mengerti saat mendapati sapu tangan putih dalam genggaman tangannya. Dame? Batinnya berdesis. Kantuknya menjadi benar-benar lenyap menyadari logo yang kini mengingatkannya pada symbol di atas sweater milik....Haakon?
Kening Mette berlipat-lipat. Diperiksanya sekali lagi sapu tangan itu. Karena ternyata tak hanya symbol namun bersulam sebuah nama pula... 'Dame Sonja Haraldsen'. Tunggu, aku seperti pernah mendengar nama itu....
"Kau baik-baik saja, Gadis Muda?" tanya si Bapak membuyarkan lamunan Mette.
"Oh...uh, ya Bapa."
"Kalau begitu, ijinkan aku melanjutkan perjalananku," si Bapak tua perlahan menuntun sepedanya.
"Oh, iya Bapa, Uhh, maaf, tahukah Bapa kemana Dame pergi?"
"Dame?" bertautlah alis bule si Bapa.
Mette lantas menceritakan ciri-ciri Dame yang sangat ia kenal.