Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Dongeng: Mette dari Norge

19 September 2020   16:08 Diperbarui: 20 September 2020   19:33 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tor... Oh, Tor, kalau bukan karenamu, Sayangku, malas benar rasanya untuk kembali, batin Mette mengeluh pilu. Apalagi Stave ini telah memberiku banyak kisah indah mendamaikan hati. Di sini begitu tenang. Di sini sangat menenteramkan. Berjumpa dan bercengkerama dengan Dame dan terakhir Bapa Harald.

Hhh, bagaimana kalau menambah satu hari? Barangkali ada kemungkinan  bisa bertemu Dame lagi. Aah, tidak, tidak. Kasihan Tor. Kasihan juga Fru. Desakan batin itulah yang akhirnya dipatuhi Mette.

Lagipula hanya beberapa jam saja untuk tiba di Oslo. Tidak lama. Ya, Mette pun segera membuang jauh-jauh segala bayang kemungkinan yang belum tentu akan terjadi. Andai terjadipun, ia telah bertekat bulat. Ia berjanji akan berani menghadapi segala tudingan. Ia akan menjawab semua buruk sangka public. Ia akan jujur dan terbuka tentang masa lalunya. Tak perlu malu, toh semuanya telah berlalu. 

Bila perlu, ia akan menekuk lutut, bersimpuh, memohon maaf kepada negara dan segenap warga negaranya atas keputusannya yang tak bertanggung jawab di masa lalu. Ia akan menerima segala hukuman bila divonis bersalah. Ia takkan melimpahkan kesalahan pada keadaan atau persona. Ia akan selalu bersama Tor. Ia takkan lari lagi. 

Dan ya, ia pasti akan pergi menemui Haakon dan bicara baik-baik dengannya. Meyakinkannya agar tak terbutakan oleh cinta. Karena Mette adalah bukti hidup tentang cinta yang acapkali sangat kamuflase. 

Mengingatkannya agar lebih mengutamakan tanggung jawabnya sebagai petinggi negara daripada mengejar hasrat gila. Mette berjanji akan menyadarkan Haakon akan semua hal itu. Ya, Mettte Audhilda Haugen benar-benar telah siap menghadapi dunia.

Karena perjalanan siang hari terlalu mencolok, itu sebabnya Mette sengaja berkemas sore dan tidak menempuh perjalan kereta cepat agar tiba di Oslo tengah malam. Pesannya telah dibaca Fru, jadi Mette hanya perlu membuka pintu. Dan oh, Fru sudah menyambutnya dengan suka cita.

"Darling... Darling," Fru spontan memeluknya erat. Lalu mendorong tubuh Mette agar segera membersihkan diri.

"Maafkan aku, Fru..." Mette mengecup pipi Fru, berganti kanan-kiri, berulang kali, kening lalu kepala Fru yang masih mengenakan Silk Bonnet violet. "Aku punya banyak cerita yang harus kubagikan bersamamu. Fru. Banyak sekali hingga kutak tahu darimana hendak mulai. Tapi nanti ya, sekarang aku mau lihat Tor dulu."

"Tentu saja, Sayang. Aku tak sabar mendengarnya. Nanti kita akan punya waktu untuk berbincang. Sebab banyak hal juga yang harus kusampaikan padamu. Hmm, sekarang, ikut aku, Tor-mu tidur di atas," Fru membimbing Mette ke lantai dua. "Ssh...ssh, pelan-pelan. Kau tak ingin mengganggu tidur pulasnya bukan?" Setengah berbisik Fru berkata sambil menempelkan telunjuk di mulutnya.

Mette mengganguk-angguk sambil membelai lengan Fru seraya menyunggingkan senyum kecil. Sedikit heran mengapa tak nampak kantuk di wajah Fru, wanita separuh baya itu justru tampil segar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun