Mohon tunggu...
Jasmine
Jasmine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Email : Justmine.qa@gmail.com

Just me, Jasmine, just a tiny dust in the wind

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Dongeng: Mette dari Norge

19 September 2020   16:08 Diperbarui: 20 September 2020   19:33 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dame, kumohon jangan bicara seperti itu," laiknya gadis kecil, lagi-lagi Mette memeluk Dame, kini lebih erat lagi. "Kali ini yang paling sulit kuatasi, Dame," Mette menyambut uluran sapu tangan putih lembut bersulam logo tertentu. Simbol kerajaan? Ah, tapi Mette terlalu larut dalam kesedihannya hingga tak terpikir symbol atau logo.

Mette bersimpuh mendekap lutut Dame, lalu merebahkan kepalanya di atas pangkuan perempuan yang bahkan hingga kini tidak ia ketahui identitasnya dengan jelas. Ia hanya tahu namanya Dame. Dan hanya tahu bila Dame selalu hadir setiap ia datang ke Stave, seperti Fru yang selalu merentangkan tangannya pada setiap kedatangannya. 

Dua malaikat yang dianggap Mette sebagai pengganti kedua orang tuanya yang tah rimbanya. Dan Mette selalu meyakini bahwa Dame adalah warga local yang tinggal tak jauh dari Stave dan menjadi pengunjung setia rumah ibadah ini. Sebab seperti itulah yang selalu dikatakan Dame.

"Oh, Sayangku, kurasa Tuhan tengah menunjukkan kasih sayangNya yang berlebih kepadamu dengan kehadiran seorang pangeran," Dame berkata setelah mendengar penuturan Mette panjang lebar. "Herregud... Haruskah kau melarikan diri? Gadis-gadis di luar sana takkan terpikir untuk pergi menghindar dari seorang pangeran, atau bahkan susah payah lari sejauh ini," Dame menatapnya tak mengerti. Namun tatap kekaguman pada Mette-nya itu tak tersembunyikan.

Mette semakin menyusupkan kepalanya dalam pangkuan Dame. "Biarkan aku tidur dalam pangkuanmu yang hangat ini, Dame...," pintanya penuh sendu.

"Ya, ya...tidurlah Anakku. Pejamkan matamu sejenak, Sayang. Tidurlah...," Dame membelai-belai kepala Mette penuh kasih sayang, sesekali kecupan lembut jatuh di rambut Mette yang kini tertidur pulas di atas pangkuannya.

Dan senandung kecil Dame pun kian melelapkan tidur Mette. Dame tersenyum menatap matahari malam ini. Entah apa makna senyumnya. Namun Norge memang selalu indah. Pemandangannya selalu menakjubkan. Pagi, siang, bahkan tengah malam hari seperti sekarang ini. 

Sungguh berkah Tuhan yang telah membuat iri negeri-negeri lain di dunia. Norge juga memiliki dongeng-dongeng yang menyenangkan untuk dibaca dan didengarkan. Mungkin itu sebabnya bangsa Norge selalu tampak bahagia. 

Tidak seluruhnya memang, tapi ini negeri yang paling sedikit warganya yang tidak bahagia. Setidaknya seperti itulah yang banyak dilansir lembaga survey internasional.

Mette...

Gadis itu dikenal sangat berdedikasi pada setiap kerja yang dia lakoni. Mette seorang pekerja keras, ia selalu focus karena tak ingin catatan buruk tertera di atas resumenya. Gelar akademik memang belum ia sandang, sebab ia telah salah memilih jalan. Tak pernah ada yang benar-benar membimbingnya. Mette besar tanpa arahan orang tua. Kerabat yang merangkulnya pun terlalu sibuk berbisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun