“So…?” cecar Josh.
“Masa sih ngga tahu?”
“Tell me…” Josh memburu.
“Aku memilih Amerika agar aku bisa berjumpa dengan pria bermata hijau lazuardi…” Jannah pun tertunduk.
“Me…? That lucky guy?” lalu Josh pun tertawa. “Jannah, Jannah, aku yakin, ayahmu sama sekali tidak tahu bila gadis kecilnya ternyata punya sisi nakal yang menggemaskan. You’re smart, beautiful, funny, and… oh,hell, yeah, aku kehabisan kata-kata untukmu, Jannah.”
Jannah tak kuasa menahan malu. Berlindung di balik kerudung motif kupu-kupu. Sembunyikan wajahnya yang bersapu merah dadu. Ayah, maafkanku. Aku hanya senang membuatnya tertawa, seperti ia selama ini telah membuatku tertawa. Sungguh ayah, bukan tujuanku mengendurkan kesenjangan.
“Tapi aku tak melihat ada kemungkinan di antara kita, benar kan Jannah? Impossible, yeah, impossible. Itu kata yang tepat, ya kan, Jannah?” parau nada bicara Josh.
Jannah membuang muka, enggan memberikan respon. Seperti yang kau tahu, Josh, tak ada yang tidak mungkin di dunia fana ini. Tapi aku memang harus berjuang keras agar semua ini, apa yang tengah merayapi hatiku, hatimu, tetap menjadi “impossible”. Ada seorang pria yang sangat mencintaiku di tanah air. Berharap banyak dariku. Pria tua yang kesepian dan sangat bergantung padaku. Sungguh kutakkan sanggup melukai hatinya.
“Aku tidak bisa melukai ayahku, Josh. Tidak, setelah apa yang susah payah telah kami lalui. Tidak, setelah apa yang beliau ajarkan kepadaku dan sukses mendoktrin diriku. Tunggu, aku tidak ingin kau berpikir, it’s such weird thing, hmm, bolehlah kau berpikir begitu, karena aku tak boleh menyetir opini siapapun, benar kan? Tapi, this is me, this is who the heck I am, aku dengan segala pola pikir, budaya, yang mungkin kau sebut… primitif? I like you, I adore you, I also respect you a lot, tapi kau begitu jauh dari jangkauan kami…, ya kami, Josh, ini tak hanya tentangku saja, ada ayah yang tak bisa kuabaikan begitu saja hanya demi kesenanganku semata.”
“Okay. Aku tahu, aku tahu maksud perkataanmu. Aku tahu, Jannah. Dan aku pantang pada janji yang aku sendiri tak yakin mampu memenuhi janji itu. Mungkin bersilaturahmi dengan ayahmu adalah ide terbaik untuk mengawali sebuah janji, hmm, seperti apa itu, well, bolehlah kau menyebutnya… janji Josh?”
-o0o-