Jannah terdiam. Sekejap membayangkan sensasi yang mungkin dirasakan andaikan bibir pria itu mendarat di… pipinya? Bibirnya? Oh, tidak, ayah akan menerbangkan orang sekampungnya ke Amerika untuk mengadili Josh.
“No. It’s a NO and forever NO. Lagipula kau akan bosan kepadaku. Sebab aku sama sekali tidak menantang,” Jannah berusaha membuat bentengnya lebih kukuh lagi.
“Siapa bilang? Bagiku kau wanita yang penuh dengan tantangan untuk ditaklukkan. Tak ada gadis macam dirimu, kau dengan segala keunikanmu itu, believe me,” Josh pun tak kalah berusaha meyakinkan.
“I’ve never been kissed, Josh.”
“Seriously?”
“Kau hanya akan merasa datar saja, lalu tertawa mengejek karena jelas aku tak tahu bagaimana, uhm, well, you know… cium-mencium, the art of kissing, begitu mungkin istilahnya…” Jannah menepuk-tepuk pipinya. Tapi beginilah enaknya bicara dengan alien sinting ini, tak perlu segan, tak ada sungkan, buat apa malu, apapun bisa diungkapkan tanpa tabu. Oh, andai ayah ada di sisiku… tak tahu macam mana hukumanku.
“Haha, Jannah, Jannah! Malangnya kau, gadis cantikku. Tak perlu khawatir, dear, ini semua hanya soal insting dan naluri, just like you said. Aku tutor yang handal untuk segala edukasi, you can count on me, darling. Bagaimana, kau mau mencobanya?” Josh mengerling nakal.
“Okay… tapi setelah kudapatkan restu dari ayahku. Biar kutelepon dulu ayahku, it’s a long distance call, ayahku tinggal di kampung yang jauh dari ibukota, bagaimana, kau mau menunggunya?” Jannah mengembalikan pertanyaan itu.
Josh menggeleng-gelengkan kepala dengan senyum tak lepas. “Untuk pertama kalinya dalam hidupku, Jannah, aku menemukan gadis unik, so unique, macam dirimu itu. Jadi, sampai kapan kau biarkan dirimu menunggu? Percayalah, Jannah, kalau kau berharap menemukan pria yang so genuine, so pure, I guarantee you will desperate, karena pria adalah binatang di balik dasi dan pantalonnya, you know?”
Jannah terdiam. Kau benar, Josh, seperti katamu, mungkin takkan pernah ada pria macam itu, bahkan bila dunia berakhir pun. Tapi apa yang menjadi keyakinanku semenjak kecil tidaklah mudah untuk diruntuhkan dalam tempo sesingkat ini. Aku tak perlu ‘membongkar’ ujudku, dan lagi akidahku, hanya agar seorang pria bersedia menjadi pendampingku bukan?
“Hhm, about Shannon and Miura…” Josh berkata memecah keheningan.