Mohon tunggu...
Jane Nj
Jane Nj Mohon Tunggu... Cleaning Service -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ingin Kupeluk Mereka

26 Maret 2019   12:00 Diperbarui: 26 Maret 2019   12:13 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tetap saja kulitmu tak akan putih Sud walau kau mandi ratusan kali," ejek Darsono ketika melihat Marsudi mengeringkan badannya dengan kaos yang seharian tadi dipakai.

Marsudi tidak peduli sindiran seniornya tersebut. Dia masuk ke dalam gudang bahan dan berganti pakaian. Setelah rapih kemudian pergi meninggalkan ruangan potong. Diabaikan panggilan Darsono yang menyuruhnya kembali karena banyaknya bahan yang belum di potong.

Ini kan malam minggu, peduli setan dengan bahan-bahan itu. Pikir pemuda tersebut sambil mempercepat langkahnya.

"Kami berdebat sebelum masuk ke dalam Misbar," kenang Darsih tersenyum tipis. Aku ikut tersenyum, walau tidak tahu apa yang membuatnya bahagia minimal aku melihat ada sedikit kebahagiaan disitu. "Marsud ingin nonton film Buaya Putih, tapi aku pilihkan film Pengantin Remaja II," lanjutnya lagi.

Aku mengernyitkan dahi.

"Akhirnya aku yang menang, dia membeli tiket Pengantin Remaja. Aku mengancamnya tidak mau nonton lagi kalau tidak menonton film itu," ceritanya dan cukup membuatku tertawa pelan. Ternyata, ancaman seorang wanita nyata bisa melukuhkan hati seorang pria.

Marsudi dan Darsih masuk ke dalama ruangan dengan membawa dua bungkus kacang rebus dan dua bungkus orson berwaran putih dan merah. Duduk di bangku kayu pada baris kelima dari puluhan kursi yang sudah di tata rapih. Walaupun gondok, Marsudi tetap bersikap tenang dihadapan Darsih.

Dari semalam dia sudah membayangkan akan menonton film bintang kesayangannya Yati Octavia dalam film Buaya Putih. Tapi, harus kalah dengan si Ikang Fawzi yang bermain dalam film Pengantin Remaja.

Dia tidak menikmati film tersebut sepanjang pemutaran, karena matanya hanya tertuju pada Darsih. Tapi sayang, wajah gadis itu tidak terlihat karena gelap. Satu-satunya cahaya berasal dari lampu proyektor yang mengarah ke layar lebar di hadapan penonton.

Kesempatan itu akhirnya datang, ketika tiba-tiba Darsih meletakkan pundaknya di bahu Marsudi. Dia menangis karena kedua pemeran utama terbujur kaku di rumah sakit. Ah ternyata ada untungnya juga nonton film ini, pemuda itu bersorak girang dalam hati.

Pelan Marsudi membelai rambut Darsih, rambut yang kemarin masih lurus tapi hari ini sudah bergelombang. Rambut keriting memang sedang trend dikalangan remaja saat itu, termasuk celana model cutbray yang dipakainya saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun