Â
Mendengar pertanyaan itu, hati Raja Gagak semakin tak karuan. Seakan-akan ia sudah kehilangan akal sehatnya serta hati yang jernih, maka terlontar kata-kata yang sangat menyakitkan bagi Puti.
Â
"engkau ingin tau? Engkau lah penyebab dari semua ini? perhiasan yang diberikan pangeran-pangeran ini bertujuan untuk melamarmu, aku sebagai ayahmu tak berdaya menolak lamaran-lamaran sang pangeran". Ucap Ayahnya dengan nada yang begitu keras, masih saja ia menyalahkan orang lain yang sebenarnya ia tamak terhadap perhiasan yang indah itu.
Â
Mendengar perkataan ayahnya, sedihlah hatinya. Air matanya tak sanggup ia tahan, gadis selembut itu dan memiliki paras yang indah, tak pernah pula ia melawan kepada orangtuanya. Kini ia disalahkan, hati siapa yang tak sedih, berusaha ia tahan air matanya untuk tidak menetes, namun derai air mata tersebut mengalir begitu saja.
Â
"maafkan aku Ayah". Ucap puti, menunduk hingga air matanya pun menetes ke tanah yang lembab itu.
Â
"sekarang hanya ada dua pilihan aku atau engkau yang merenggut nyawa di telaga ini". ucap ayahnya dengan nada yang keras serta dengan wajah yang seakan-akan dirasuki oleh makhluk jahat.
Â