Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

SB-7, Halimun Pemburu Roh

9 Desember 2023   06:27 Diperbarui: 9 Desember 2023   06:29 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanah lapang di tepi tebing pantai jarang sekali didatangi orang. Paling-paling mereka yang percaya dengan kekeramatan Pohon Trembesi Tua itu. 

Terbukti di antara akar-akar pohon yang melingkar dan mencuat di atas tanah berpasir dan berbatu, banyak berserakan sesaji bagi makhluk astral penunggu pohon keramat itu. Pohon yang diyakini mempunyai kekuatan yang mempengaruhi nasih baik dan nasib buruk pemujaannya.

Mereka yang percaya pada kekeramatan pohon dengan memilih memberikan makan sesaji dengan harapan mereka mendapatkan berkah, tuah atau kekuatan.

Tapi, sebaliknya ada beberapa nelayan yang lebih memilih menyingkir jauh-jauh karena ketakutan akan keangkerannya. Meyakini ada makhluk penunggu yang bisa membuat mereka celaka.

Dan, keyakinan itu tidaklah salah sama sekali.

Karena malam yang terus merambat naik dalam kegelapan dan badai angin yang ganas menjadi bukti bahwa memang benar, bahwa makhluk penunggu pohon Trembesi Tua keramat itu ada dan sekarang marah karena keberadaannya terusik oleh kemunculan Galih Sukma.

Sebab dua jurus yang dirapal oleh Galih Sukma, Radar Sukmo dan Pengikat Roh membuat makhluk gaib yang berada di pohon itu seketika lari berserabutan ketakutan. 

Yang lemah langsung menjerit kesakitan dan tubuhnya hancur berubah menjadi asap, yang masih kuat segera melarikan diri.

Keadaan kalut seperti ini membuat pemimpin makhluk gaib itu yang berbentuk asap hitam bergulung dengan sepasang mata merah sebesar tampah menjadi murka.

Diawali suara menggereng keras, gumpalan asap hitam itu berubah bentuk menjadi sepasang kepalan tangan dan berujung dengan tubuh sebesar pohon itu sendiri, bergerak sebat, terus meliuk menyerang cepat ke arah Galih Sukma.

Galih Sukma sudah mengantisipasi semua yang akan terjadi akibat dari rapalan jurusnya.

Tubuhnya segera meliuk menghindar, sehingga pukulan beruntun dari makhluk gaib itu menghajar tempat kosong.

"BLAMMMM... BLAMMM!"

Anehnya, pukul beruntun itu, menimbulkan suara berdebam yang sangat keras sehingga menggetarkan pohon Trembesi dan menerbangkan pasir dan batuan karang di sekitar pohon Trembesi tumbuh.

Tambah murkalah makhluk itu jadinya. Serangan pertama gagal, langsung disusuli serangan berikutnya. Sosoknya semakin besar setinggi pohon yang ditinggalinya. 

Sekarang giliran sepasang kaki yang melakukan tendangan membadai berusaha menutup gerak Galih Sukma.

Galih Sukma tidak mengenal takut. Mentalnya sudah kuat. Walau pengalaman bertempurnya masih kurang, tapi ilmu-ilmu yang dipersiapkan Ki Mahendra telah matang dikuasai olehnya.

Tendangan sepasang kaki makhluk itu membawa gelombang panas yang kuat dan berbau sangat busuk. 

Galih Sukma melesat terbang menyongsong kaki itu, dengan dua pukulan Tangan Geledek dan Tangan Beracun yang membuat tangannya berubah warna biru dan kuning keemasan. 

Sayang, Galih Sukma menjadi kecelik karena pukulannya menerpa ruang kosong. Namanya asap, tidak berbentuk padat, dipukul lolos, hanya buyar sebentar dan menyatu kembali seperti sedia kala.

"HUWAAA... HA... HA... HA manusia lemah mau melawanku!" tawa dan ejekan makhluk kegelapan itu terdengar seperti suara guntur di awal malam.

Galih Sukma tidak mau membuang waktu, apalagi ketika serangan lawan sekali lagi menerjangnya. Menjadi kebalikannya dipukul, lolos, memukul malah beratnya ribuan kati.

"BUAGH... BUAGGH...!"

Dua pukulan bersarang telak di dada Galih Sukma, untung saja ia sudah bersiaga, walaupun pukulan itu kena telak tapi ketahanan dan kecerdikannya mampu meminimalisir kerusakan tubuhnya.

Pukulan diterimanya karena telah salah perhitungan, tapi pukulan itu dihisapnya sehingga lawan seperti memukul kapas. Tidak ada benturan  tubuhnya dibiarkan terpental sepuluh tombak jauhnya.

Terlihat begitu dahsyat hasil pukulan lawan, tapi tidak berarti apa-apa buat Galih Sukma.

Galih Sukma mencoba sekali lagi, ia melakukan serangan berantai. Gabungan antara pukulan dan tendangan, yang dilakukan dengan cepat. Sehingga langit malam yang gelap menjadi terang kebiruan dan bergantian dengan warna keemasan.

Menyerang seperti badai tapi lawan dengan santai tertawa berkakakan terus menghinanya.

"HA... HA... HAAA... pukul terus... tendang terus. Tapi... Ambrol perutmu!"

"DUUUAGGGHHH!"

Sekali lagi Galih Sukma terkena hantaman telak diperutnya, tubuhnya tertekuk menahan hantaman itu. Secara otomatis tenaga dalamnya memberikan perlindungan untuk kesekian kalinya, meski kuda-kuda ya tergusur sepuluh tombak lagi, tapi sedikit pun dirinya tidak mengalami cidera.

Galih Sukma bukan pemuda bodoh, serangan yang gagal tidak akan diulangi lagi. Ingatannya segera menyadarkan bahwa makhluk gaib yang berasal dari asap itu tidak bisa dihadapi dengan kekerasan fisik, maka sesuai dengan ilmu yang dipelajari dari Kitab Sujati Rogo Sukmo, ia segera mengeluarkan Cupu Pengikat Roh sekaligus merapal Jurus Halimun Pemburu Roh sambil merapal mantra.

"Dari tiada menjadi ada, dari ada kembali ke tiada. Tuhan Yang Perkasa, terimalah takdirmu!"

Cupu Pengikat Roh bergetar keras kemudian berputar seperti gasing. Terbit cahaya kehijauan yang menyilaukan mata, kemudian muncul asap tanpa warna, hanya seperti kabut tipis yang biasa berada di tempat tinggi.

Semula tipis, perlahan menjadi tebal bergulung-gulung, membentuk sosok yang hampir sama dengan makhluk gaib penunggu pohon Trembesi Tua.

"Nah, sekarang satu sama. Rasakan pembalasanku," teriak Galih Sukma sedikit konyol karena teringat beberapa saat lalu, ia yang menjadi "bulan-bulanan" makhluk gaib itu.

"HWAAAROOOWWWW... siapa takut?" bengis dengus makhluk itu langsung melemparkan tantangan.

"HMMMMM," dengus Halimun Pemburu Roh yang sekarang maujud dan berukuran sama dan sebangun dengan lawannya.

Habis berdehem besar, Halimun Pemburu Roh melesat memburu Makhluk Trembesi.

Terjadilah duel yang seru dan menegangkan.

Galih Sukma terus merapal mantra, sambil berkonsentrasi penuh melihat semua perubahan Cupu Pengikat Roh karena baru pertama kalinya dipakai untuk memburu makhluk gaib, demit dan sebangsanya.

"BLAMMM... BLAMMM... BLAMMM!"

Tiga benturan tenaga luar biasa bertemu di udara. Suara ledakan muncul seperti ledakan kembang api di angkasa dan getarannya mengguncang seluas dua puluh tombak.

"BUAGGHH... BUAGHHH... BUAAGHH... BUAGGHHH!"

Habis adu tenaga dalam, berganti dengan adu pukulan. Mereka saling pukul, dengan sepasang kepalan tangan sebesar batu karang di sisi tebing.

Dua kali gebrakan, ternyata mereka sama kuat dan seimbang. 

Membuat Makhluk Trembesi melipatkan serangannya. Tangan dan kakinya saling berebut untuk menyerang berusaha mengalahkan lawannya.

Akibatnya langit malam yang semula kelabu dan gelap menjadi terang benderang, dilatari suara ledakan sahut-sahutan.

*

Cukup alot duel di antara mereka meski sudah mencapai ratusan jurus.

Galih Sukma yang terus memperhatikan sepak terjang Halimun Pemburu Roh dan kerja dari Cupu Pengikat Roh mendapatkan ide untuk mengakhiri duel itu.

Sambil membaca mantra pungkasan, Galih Sukma merapal juga Jurus Tangan Geledek di level tertinggi yang disalurkan kepada Cupu Pengikat Roh dengan cara mengenggamkan kedua tangannya ke badan cupu.

Akibatnya, sungguh di luar dugaan, efek Jurus Tangan Geledek muncul menjadi asap biru keemasan melesat melapisi tangan Halimun Pemburu Roh.

"BUAAGHH... BUAAGGHH... DESSS... DESSS!"

Pukulan Halimun Pemburu Roh berhasil menghantam Makhluk Trembesi. 

"BUAAGHH... BUAAGGHH... DESSS... DESSS!"

Terjadi berulang-ulang.

Sosok asap itu pecah berhamburan, menyatu lagi, dihajar lagi, pecah lagi, menyatu lagi sampai akhirnya...

"AAAAAAAAAAAAA!" jeritan menyayat terloncat dari Makhluk Trembesi tanpa mulut yang bergulung liar.

Cupu Pengikat Roh menunjukan fungsi terakhir. Ketika asap Makhluk Trembesi pecah terakhir kalinya maka cupu bergetar hebat dan menghisap asap muasal dengan jeritan menyayat, masuk ke dalam cupu.

"BLUUPPP!"

Bersamaan masuknya Makhluk Trembesi ke dalam Cupu Pengikat Roh yang merupakan penjara barunya, langit malam yang gulita kembali cerah lagi seketika.

Rembulan malam sepotong menampilkan wujudnya ditemani oleh kerlip bebintangan di atas angkasa raya.

"Terima kasih, Tuhan. Ternyata seperti ini cara kerja dari Cupu Pengikat Roh," batin Galih Sukma lega.

*

Demikianlah, akhirnya Galih Sukma sempurna menguasai ilmu yang berasal dari Kitab Sujati Rogo Sukmo dan Cupu Pengikat Roh.

Malam semakin larut, Galih Sukma kembali ke guanya, untuk beristirahat. 

Besok ia akan meneruskan perjalanan untuk menunaikan tugas berat dari gurunya sebagai darma bakti kependekaran.

Apa yang ditemui Galih Sukma kemudian?

Mampukah Galih Sukma menyingkirkan semua penghalang?


Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun