Tanah lapang di tepi tebing pantai jarang sekali didatangi orang. Paling-paling mereka yang percaya dengan kekeramatan Pohon Trembesi Tua itu.Â
Terbukti di antara akar-akar pohon yang melingkar dan mencuat di atas tanah berpasir dan berbatu, banyak berserakan sesaji bagi makhluk astral penunggu pohon keramat itu. Pohon yang diyakini mempunyai kekuatan yang mempengaruhi nasih baik dan nasib buruk pemujaannya.
Mereka yang percaya pada kekeramatan pohon dengan memilih memberikan makan sesaji dengan harapan mereka mendapatkan berkah, tuah atau kekuatan.
Tapi, sebaliknya ada beberapa nelayan yang lebih memilih menyingkir jauh-jauh karena ketakutan akan keangkerannya. Meyakini ada makhluk penunggu yang bisa membuat mereka celaka.
Dan, keyakinan itu tidaklah salah sama sekali.
Karena malam yang terus merambat naik dalam kegelapan dan badai angin yang ganas menjadi bukti bahwa memang benar, bahwa makhluk penunggu pohon Trembesi Tua keramat itu ada dan sekarang marah karena keberadaannya terusik oleh kemunculan Galih Sukma.
Sebab dua jurus yang dirapal oleh Galih Sukma, Radar Sukmo dan Pengikat Roh membuat makhluk gaib yang berada di pohon itu seketika lari berserabutan ketakutan.Â
Yang lemah langsung menjerit kesakitan dan tubuhnya hancur berubah menjadi asap, yang masih kuat segera melarikan diri.
Keadaan kalut seperti ini membuat pemimpin makhluk gaib itu yang berbentuk asap hitam bergulung dengan sepasang mata merah sebesar tampah menjadi murka.
Diawali suara menggereng keras, gumpalan asap hitam itu berubah bentuk menjadi sepasang kepalan tangan dan berujung dengan tubuh sebesar pohon itu sendiri, bergerak sebat, terus meliuk menyerang cepat ke arah Galih Sukma.