Galih Sukma sudah mengantisipasi semua yang akan terjadi akibat dari rapalan jurusnya.
Tubuhnya segera meliuk menghindar, sehingga pukulan beruntun dari makhluk gaib itu menghajar tempat kosong.
"BLAMMMM... BLAMMM!"
Anehnya, pukul beruntun itu, menimbulkan suara berdebam yang sangat keras sehingga menggetarkan pohon Trembesi dan menerbangkan pasir dan batuan karang di sekitar pohon Trembesi tumbuh.
Tambah murkalah makhluk itu jadinya. Serangan pertama gagal, langsung disusuli serangan berikutnya. Sosoknya semakin besar setinggi pohon yang ditinggalinya.Â
Sekarang giliran sepasang kaki yang melakukan tendangan membadai berusaha menutup gerak Galih Sukma.
Galih Sukma tidak mengenal takut. Mentalnya sudah kuat. Walau pengalaman bertempurnya masih kurang, tapi ilmu-ilmu yang dipersiapkan Ki Mahendra telah matang dikuasai olehnya.
Tendangan sepasang kaki makhluk itu membawa gelombang panas yang kuat dan berbau sangat busuk.Â
Galih Sukma melesat terbang menyongsong kaki itu, dengan dua pukulan Tangan Geledek dan Tangan Beracun yang membuat tangannya berubah warna biru dan kuning keemasan.Â
Sayang, Galih Sukma menjadi kecelik karena pukulannya menerpa ruang kosong. Namanya asap, tidak berbentuk padat, dipukul lolos, hanya buyar sebentar dan menyatu kembali seperti sedia kala.
"HUWAAA... HA... HA... HA manusia lemah mau melawanku!" tawa dan ejekan makhluk kegelapan itu terdengar seperti suara guntur di awal malam.