"Dari tiada menjadi ada, dari ada kembali ke tiada. Tuhan Yang Perkasa, terimalah takdirmu!"
Cupu Pengikat Roh bergetar keras kemudian berputar seperti gasing. Terbit cahaya kehijauan yang menyilaukan mata, kemudian muncul asap tanpa warna, hanya seperti kabut tipis yang biasa berada di tempat tinggi.
Semula tipis, perlahan menjadi tebal bergulung-gulung, membentuk sosok yang hampir sama dengan makhluk gaib penunggu pohon Trembesi Tua.
"Nah, sekarang satu sama. Rasakan pembalasanku," teriak Galih Sukma sedikit konyol karena teringat beberapa saat lalu, ia yang menjadi "bulan-bulanan" makhluk gaib itu.
"HWAAAROOOWWWW... siapa takut?" bengis dengus makhluk itu langsung melemparkan tantangan.
"HMMMMM," dengus Halimun Pemburu Roh yang sekarang maujud dan berukuran sama dan sebangun dengan lawannya.
Habis berdehem besar, Halimun Pemburu Roh melesat memburu Makhluk Trembesi.
Terjadilah duel yang seru dan menegangkan.
Galih Sukma terus merapal mantra, sambil berkonsentrasi penuh melihat semua perubahan Cupu Pengikat Roh karena baru pertama kalinya dipakai untuk memburu makhluk gaib, demit dan sebangsanya.
"BLAMMM... BLAMMM... BLAMMM!"
Tiga benturan tenaga luar biasa bertemu di udara. Suara ledakan muncul seperti ledakan kembang api di angkasa dan getarannya mengguncang seluas dua puluh tombak.