Mati atau menyerah kalah adalah pilihan yang terakhir.
Naga Merah pun terus mengejarnya seperti meteor berapi.
Menyerah adalah kata terakhir yang akan memberikan noda pada harga dirinya yang telah ia junjung tinggi selama hidupnya.
Kematian sebenarnya adalah resiko yang telah menjadi kepastian dari petualangannya selama ini. Menjadi pembunuh bayaran. Menang dapat harta benda kalah ya mati saja. Hanya satu yang disayangkan, mengapa mati dengan cara yang seperti ini?
Mengeroyok satu lawan, lawan yang tidak sembarangan kesaktiannya, hal pantangan yang terpaksa ia lakukan.
Tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri.
Ia menggertakan gigi mengisi tenaga dalam kesegenap permukaan tubuhnya yang bulat merah.
Benar-benar seperti bola api panas yang melayang cepat berbalik mengejar Naga Merah ke mana dia terbang. Memantul mengejar Naga Merah yang meliuk-liuk di angkasa bagaikan tarian Barongsai yang indah.
Barongsai merah dikejar bola api.
" Oh.. "
" Oo.. "
" Awas... "
Orang terkejut melihat pertempuran itu.
Mereka berseru.
Mereka cemas.
Mereka ngeri.
Naga Merah seperti kucing-kucingan dengan bola api. Saling berkejaran saling meliuk menghindar, sampai suatu saat, Naga Merah membalikan kepalanya, tidak berusaha lari, malah membuka mulutnya lebar-lebar.