" Bluuggg... "
Sintaro tak berkutik.
" Ha... Ha... Ha... Ha... !"
Suara tawa menggema bersama ditariknya semua naga raksasa yang maujud dari Jurus Panca Naga Menjerat Jiwa tak terkecuali Naga Pelangi yang terakhir.
Kini tinggal Aji Panjalu yang berdiri gagah berhadapan dengan Branjangan Sakti yang mencelos dan bergetar hatinya.
Karena serangannya selama ini mampu dibendung dengan baik oleh Aji. Â Meskipun Aji harus dikeroyok enam, semua itu tidak mempengaruhi kekuatan kesaktian pewaris Mestika Cakar Naga ini.
Sialnya para pembunuh bayarannya sudah tak berkutik. Ada yang tewas, pingsan dan entah apalagi keadaanya.
Tinggal ia sendiri berhadapan dengan Aji Panjalu ditonton ratusan orang yang berada di Lembah Seribu Ukar ini.
Naga Ungu miliknya pun tak berkutik apa-apa karena sejatinya Aji Panjalu adalah raja diraja dari segala ular dan naga sekalipun seperti ucapan Manalar dulu si penguasa Istana Darah yang takluk kepada Aji sebelum ia tuntas mewarisi kehebatan Mestika Cakar Naga.
" Ha... Ha... Ha... Branjangan Sakti. Menyerahlah.."
Tawa dan tawaran Aji bagi Branjangan Sakti kini bagaikan hina yang menyakitkan.