Mana ia mau tunduk dan tetap gelap mata. Karena ia merasa masih punya ilmu terakhir yang belum dikeluarkan yaitu jurus Naga Sejuta Darah.
Ia mengepos seluruh tenaga dalam yang dimiliki, membuat aliran darahnya seperti membesar dan tubuhnya berubah ukuran dengan perlahan lebih besar.
Matanya merah, wajahnya merah, kulitnya merah dibalik pakaiannya yang semula longgar. Kini pakaian menjadi ketat membungkus tubuhnya.
Badannya panas mendidih, tanpa awalan dan teriakan tubuh kekarnya melambung tinggi kemudian berputar cepat bagaikan terpedo melesat menerjang ke arah Aji Panjalu mengeluarkan jurus naga lainnya, ia lupa bahwa Aji adalah raja dari segala raja naga.
Mau cara apa pun, mau jurus naga mana pun bagi Aji adalah sama saja.
Lesatan itu mengarah keseluruh titik sasaran tubuh Aji yang terbuka kelihatannya.
Padahal Aji Panjalu sudah merapal Aji Panca Naga Menjerat Sukma level tertinggi di atas penampakan lima naga yang terdahulu. Nampak biasa namun kekuatannya jauh lebih tinggi.
Aji Panjalu hanya berdiri geming dengan kuda-kuda terpatri di tanah. Mengembangkan kedua tangannya membuat putaran penuh menangkis semua pukulan yang datang dari Branjangan Sakti.
" Ha... Ha... Ha... Huu... Hu.... Hu... "
Tertawa dan Menangis adalah ciri Pendekar Muka Tertawa Aji Panjalu si pewaris Mestika Cakar Naga.
Kesaktian Naga, Kekuatan Naga, Naluri Naga menyatu dalam raga dan sukma Aji Panjalu. Gerakannya menangkis adalah gerakan alami yang muncul dari alam bawah sadarnya.
Karena sejatinya rapalan ajian ini, Aji telah berubah menjadi naga sakti itu sendiri meskipun ujudnya masih tetap manusia biasa.