Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Duel Terakhir (MCN)

29 Januari 2020   21:14 Diperbarui: 29 Januari 2020   23:31 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari. Ms.Pngtree.com

Mana ia mau tunduk dan tetap gelap mata. Karena ia merasa masih punya ilmu terakhir yang belum dikeluarkan yaitu jurus Naga Sejuta Darah.

Ia mengepos seluruh tenaga dalam yang dimiliki, membuat aliran darahnya seperti membesar dan tubuhnya berubah ukuran dengan perlahan lebih besar.

Matanya merah, wajahnya merah, kulitnya merah dibalik pakaiannya yang semula longgar. Kini pakaian menjadi ketat membungkus tubuhnya.

Badannya panas mendidih, tanpa awalan dan teriakan tubuh kekarnya melambung tinggi kemudian berputar cepat bagaikan terpedo melesat menerjang ke arah Aji Panjalu mengeluarkan jurus naga lainnya, ia lupa bahwa Aji adalah raja dari segala raja naga.

Mau cara apa pun, mau jurus naga mana pun bagi Aji adalah sama saja.

Lesatan itu mengarah keseluruh titik sasaran tubuh Aji yang terbuka kelihatannya.

Padahal Aji Panjalu sudah merapal Aji Panca Naga Menjerat Sukma level tertinggi di atas penampakan lima naga yang terdahulu. Nampak biasa namun kekuatannya jauh lebih tinggi.

Aji Panjalu hanya berdiri geming dengan kuda-kuda terpatri di tanah. Mengembangkan kedua tangannya membuat putaran penuh menangkis semua pukulan yang datang dari Branjangan Sakti.

" Ha... Ha... Ha... Huu... Hu.... Hu... "

Tertawa dan Menangis adalah ciri Pendekar Muka Tertawa Aji Panjalu si pewaris Mestika Cakar Naga.

Kesaktian Naga, Kekuatan Naga, Naluri Naga menyatu dalam raga dan sukma Aji Panjalu. Gerakannya menangkis adalah gerakan alami yang muncul dari alam bawah sadarnya.
Karena sejatinya rapalan ajian ini, Aji telah berubah menjadi naga sakti itu sendiri meskipun ujudnya masih tetap manusia biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun