Mohon tunggu...
Juan Audric
Juan Audric Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | The Land of Tupili

7 November 2018   20:13 Diperbarui: 7 November 2018   20:40 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

4 pelaut sedang duduk dan makan malam, dan Mansyar sedang tidur di kemahnya. Dalam sekilap, kita meloncat dari semak-semak dan menyerang mereka. Mereka semua terkejut dan cepat menyerah, Mansyar meloncat dari kemah dalam kejutan; ia sedang memakai berlian-berlian punya raja.

"AAAAHHHHH!!!!", Mansyar berteriak.

Kami bisa menahan semua pelautnya dari menyerang balik, puji syukurlah tidak ada orang yang harus mati. Tiba-tiba, salah satu kurcacinya membunuh pelautnya, yang lain ikut membunuh kruku.

"Tidak! Jangan membunuh mereka!", aku meminta pendekar kurcacinya untuk berhenti. Sebelum dapat dibunuh, Mansyar mendorong pendekar yang menahannya dan melempar bom ke lantai sebelum meloncat ke semak-semak, ledakannya memusnahkan 3 dari pendekarku. Sebelum lari, ia mengambil makhota gelas raja.

Sambil lari, kapten Mansyar menembakan senapannya ke kita. Salah satu dari pendekar kita tertembak, lukanya tidak terlalu parah. Kazmaral dapat menangkapnya sebelum jatuh. Sesudah aku meminta Kazmaral untuk merawatinya, aku segera mengejari Mansyar. Berikutnya, aku mengejar Mansyar di seluruh hutan. Selama ini, ada banyaknya persimpangan antara peluruh.

Kami berlari terus sampai tiba ke candi pada dekat sebuah jurang, candinya terlihatnya kuno dan meruntuh. Kapten Mansyar memanjati candi dengan aku mengkutinya. Candinnya tinggi dengan sebuah menara yang dindingnya runtuh, kami pun juga menaiki salah satu menara it. Ketika Mansyar telah menaiki menara, ia menunggu kehadiranku dengan membidiki senapannya ke aku.

"Kamu seharusnya bantu kami mencurikan hartanya terlebih dahulu, kita nanti pun juga membawabilang ke aku seharusnya ada menolongnya mencuri hartanya terlebih dahulu, kita sekarang seharusnya udah di laut.", Mansyar bilang.

"Mohon, Mansyar. Kamu tidak usah melakukan ini.", aku memohonnya.

Ia kemudian mesenyum dengan jarinya mengerat pada pelatuk senapan. Jantungku bergempa, apakah sinilah aku mati? Sebelum ia menarik pelatuknya, senapannya terlempar dari lemparan tombak. Kami melihat ke kiri kita untuk melihat penyelamatku, Karzamal. Senapannya jatuh dari candi. Sementara dia terganggu, aku menyambarnya keluar dari menara. Aku tetap memukulnya, dan memukulnya, dan memukulnya sampai dapat menyingkirnya.

Tetapi, ia menggulingkanku, dan memukulku secara terusan juga. Kami tetap berlawan di seluruh candi. Kemudian, Karzamal dapat tiba dari sebuah dinding candi dan meloncati ke punduk Mansyar. Karzamal kemudian memanjat ke kepala Mansyar, dan memukulnya dan membantingnya sebelum Mansyar melemparnya jauh.

Kami melilingi Mansyar, dalam upaya terakhir, ia mengunus pisau dari sabuknya. Perlawanan kita mulai memperlahan atas kedua pihak berhati-hati. Mendekatinya menjadi tugas yang lebih susah, apalagi ada makhota raja yang harus kita amankan. Dengan mendadak, Karzamal coba meloncat ke punduk Mansyar. Tetapi ia tertangkap olehnya, dan dilemparkan ke aku. Benturannya menjatuhkan kita berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun