Ia kemudian menggeledah kantong kemejaku. Ia mengambil pemantikku, ia lanjut dengan memainkan dengannya sebelum pemantiknya tiba-tiba nyala. Apinya membakar tangannya, dengan kaget kurcaci yang lain membidik tombaknya ke kita lagi. Panik terjadi kemudian antara kruku dan kurcaci-kurcacinya, tetapi aku dapat memadamkan kedua pihak, kapten Mansyar masih tenang selama ini.
Aku mengambil pemantikku dari pasir, dan menentermakan kurcaci-kurcacinya. Setelah itu, aku menyalakan pemantikku. Kurcaci-kurcacinya berkumpul dan mengamati apinya, seperti seorang bayi mengamati kunang-kunang. Kurcaci-kurcacinya terpesona. Kemudian, kurcaci-kurcacinya berdansa dan bernyanyi dengan kegembiraan.
"Hah, mereka benar-benar suka api ya!?", seorang pelaut berkomen dengan keriangan dalam suaranya.
"Sepertinya begitu, nak.", kapten Mansyar.
Perayaan
Pada malamnya, kita diundang ke kerajaan kurcaci. Kami melewati hutan yang besar dan lebat dengan menaiki seekor binatang yangku belum pernah lihat. Rupanya seperti kerbaunya tinggi dengan kakinya yang kurus tapi kuat, seperti batang pohon. Bulunya lebat dan hijau seperti daun. Tahu-tahunya mereka seperti ini untuk bersembunyi dari pemangsa dengan menyamar pohon-pohon sekitarnya. Karbila, kata pemimpin pendekarnya.
Selama perjalananku ke kerajaaan kurcaci, aku melihat burung-burung yang indah dan berwarna-warni, dan monyet-monyet sebesar buah apel; beberapa dari mereka juga ikutan menaiki karbila-karbilnya.
Saat kita sampai di kerajaan, kita segera dibawa ke istana. Kerajaannya mempunyai banyak tempat seperti area pertanian, dan perkemahan warga. Kerajaannya di kelilingi oleh dinding batu yang pendek dengan seni yang menurutku menggambarkan dewa matahari yang disembah kurcaci ini.
Istananya besar dan tinggi, dan juga terbuat dari batu. Istananya juga merasa lebih besar dari dalam daripada di luar. Kita disuruh duduk dilantai, dari bawah suatu tangga yang menuju ke sebuah takhta yang tinggi. Yang menduduki takhta adalah seorang raja, ia memakai suatu jubah yang terbuat dari kulit dan percikan berlian. Dengan keagungannya, ia menatapi bawah ke kita dengan senyuman ramah.
Rajanya kemudian turun dari takhtanya untuk menyalam kita. Ketika rajanya turun dari takhtanya, semua pendekar, prajurit, dan pelayan di ruangan membungkuk kepadanya; seorang prajurit pun juga menundukkan kita. Kemudian ia menyuruh kita semua untuk balik berdiri.
"Halo, namaku adalah Yanma, raja kurcaci.", ia memperkenalkan dirinya.