Peran Sudan Selatan yang dulu merupakan bagian dari Sudan dalam konflik Sudan terutama dibentuk oleh kekhawatiran ekonomi dan keamanannya. Sebagai negara tetangga di sebelah selatan Sudan, Sudan Selatan sangat bergantung pada ekspor minyak yang melewati pipa-pipa Sudan, yang membuatnya rentan terhadap ketidakstabilan di Sudan.Â
Selain itu, Sudan Selatan memiliki kepentingan untuk menjaga keamanan regional, karena konflik di Sudan dapat menyebabkan kekerasan lintas batas dan arus pengungsi.Â
Ketidakstabilan internal Sudan Selatan yang rapuh dan ketergantungan ekonominya pada Sudan membuatnya menjadi pemain yang peduli namun berhati-hati dalam krisis yang sedang berlangsung.
Hasilnya sangatlah buruk: kelaparan, pengungsian massal, dan kekerasan yang tak terbayangkan. Warga sipil, yang terjebak dalam baku tembak, menghadapi kelaparan dan kematian, sementara negara mereka dihancurkan oleh para pemimpin yang haus kekuasaan dan kepentingan asing.Â
Meskipun horor ini, perhatian global sangat kurang, dengan bantuan dan upaya diplomatik yang terbatas tidak memberikan dampak berarti. Penderitaan Sudan terus berlanjut tanpa henti, mengingatkan kita pada harga yang harus dibayar ketika kekuatan global lebih memprioritaskan sumber daya daripada kehidupan manusia.
Amerika Serikat telah mengambil beberapa langkah untuk mencoba menyelamatkan Sudan dari kemerosotan lebih lanjut, termasuk upaya diplomatik, sanksi, dan bantuan kemanusiaan. Pembicaraan damai yang dipimpin AS bertujuan untuk menengahi antara pihak-pihak yang berkonflik, seperti militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), untuk merundingkan gencatan senjata dan perjanjian damai.Â
Selain itu, AS telah memberikan bantuan kemanusiaan yang penting, menangani kekurangan pangan dan pengungsian akibat konflik. Namun, upaya ini menghadapi tantangan besar karena kompleksitas konflik dan keterlibatan kekuatan regional.
Hanya dengan mengalihkan fokus dari perebutan kekuasaan dan sumber daya ke pembangunan perdamaian yang tulus, Sudan dapat berharap untuk keluar dari siklus kehancuran ini. Atau untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di Sudan, perlu dibangun kerangka konstruksi perdamaian yang mencakup pendekatan komprehensif yang melibatkan semua aktor domestik dan eksternal. Pertama, dialog inklusif antara kedua kelompok yang bertikai, yaitu militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), harus diprioritaskan.Â
Ini memerlukan mediasi oleh pihak ketiga yang netral, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Uni Afrika, dengan dukungan dari negara-negara yang tidak memiliki kepentingan langsung di Sudan.Â
Proses ini perlu dilengkapi dengan langkah-langkah untuk membatasi pengaruh asing yang memperburuk konflik. Sanksi yang ditargetkan terhadap aktor eksternal yang memasok senjata atau memperburuk kekerasan dapat diterapkan bersamaan dengan insentif ekonomi untuk mendukung stabilitas.Â
Selain itu, mekanisme distribusi sumber daya yang adil, termasuk pembagian hasil dari sumber daya alam seperti emas dan minyak, harus dibentuk untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi tersebar merata di antara masyarakat Sudan, bukan hanya elite politik atau aktor militer.Â