Grup Wagner, sebuah organisasi paramiliter Rusia, terlibat di Sudan terutama untuk mengamankan akses ke operasi penambangan emas yang menguntungkan. Kegiatan Wagner di Sudan melayani kepentingan Rusia yang lebih luas dalam mendapatkan pengaruh ekonomi di Afrika dengan mengendalikan sumber daya berharga seperti emas.Â
Ini memungkinkan Rusia menghindari sanksi Barat dan memperkuat cadangan ekonominya.Â
Sebagai agen asing jahat, Wagner tidak peduli dengan 100 kematian akibat kelaparan di negara penambangan lokal setiap hari, maupun berusaha mengurangi kelaparan mereka dengan biji-bijian yang berlebihan yang dapat diperdagangkan dengan emas Sudan.Â
Wagner telah menyediakan dukungan militer dan senjata kepada Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sebagai imbalan akses ke tambang emas Sudan, memperdalam keterlibatan mereka dalam konflik yang sedang berlangsung.
Peran UEA dalam konflik Sudan didorong terutama oleh kepentingan geopolitik dan ekonominya di kawasan tersebut. UEA telah memberikan dukungan signifikan, termasuk senjata, kepada Pasukan Dukungan Cepat (RSF), untuk mencari pengaruh atas sumber daya Sudan, terutama emasnya.Â
Keterlibatan ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk memperluas pengaruhnya di Tanduk Afrika. Meskipun dampak kemanusiaan yang menghancurkan, UEA memprioritaskan kepentingan strategis, seperti melawan saingan regional seperti Turki dan Iran, daripada menangani biaya manusia dari konflik tersebut.
Keterlibatan Arab Saudi di Sudan mencerminkan campuran geopolitik regional dan kepentingan ekonomi, mirip dengan UEA. Arab Saudi melihat Sudan sebagai mitra strategis dalam upayanya melawan pengaruh Iran dan menegaskan kontrol atas kawasan Laut Merah.Â
Selain itu, negara tersebut berusaha mempertahankan akses ke sumber daya alam Sudan, termasuk pertanian dan mineral. Meskipun Arab Saudi terlibat dalam diplomasi seputar konflik, tindakannya sering kali memprioritaskan dinamika kekuasaan regional dan pengaruh daripada menangani krisis kemanusiaan yang parah dan penderitaan warga sipil Sudan.
Peran Iran dalam konflik Sudan didorong oleh motif geopolitik dan permainan kekuatan regional. Iran berupaya memperluas pengaruhnya di kawasan ini, menyeimbangkan kekuatan Saudi dan Emirat, serta mempertahankan pijakan strategisnya di sepanjang Laut Merah.Â
Melalui penjualan senjata, termasuk drone kepada militer Sudan, Iran turut serta dalam kekerasan yang sedang berlangsung tanpa memprioritaskan krisis kemanusiaan.Â
Dukungan Iran terhadap faksi-faksi dalam konflik ini sejalan dengan tujuan yang lebih luas untuk menegaskan kontrol di Timur Tengah, bahkan dengan mengorbankan penderitaan dan kehancuran warga sipil.