Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ditinggal Pasukan Perdamaian RI, Rakyat Sudan Banyak Mati Kelaparan

17 Agustus 2024   05:03 Diperbarui: 17 Agustus 2024   06:41 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UN News Center / Upacara Kesedihan Gugurnya Pasukan Perdamaian dari Indonesia

Makanya rakyat Sudan banyak menerima bantuan team ahli senjata untuk sabotase dan menangkap Wagner dari Ukraina. Ukraina dan AS hanya berusaha untuk mencegah Rusia merampok pertambangan emas di Sudan tanpa ada usaha menguasainya, ataupun menggunakannya untuk membantu rakyat Sudan yang kelaparan. 

Bagaimana dengan Indonesia? Kita past tidak berani menghadapai Rusia karena kita selalu segan atau kagum dengan Rusia, dan juga UAE, Saudi dan Iran. Walaupun, Indonesia memiliki cerita panjang yang penuh dedikasi dalam misi perdamaian dunia, dan peranannya di Sudan adalah salah satu bab yang paling membanggakan. 

Dalam kekacauan yang melanda wilayah Darfur, Sudan, Indonesia hadir dengan semangat damai yang teguh. Pasukan perdamaian Indonesia, yang dikenal sebagai Batalyon Indonesia atau Indobatt, telah memainkan peran penting di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Misi UNAMID (United Nations-African Union Mission in Darfur). 

Ketika dunia menyaksikan Sudan terjerumus dalam konflik yang tak kunjung usai, Indonesia justru maju ke garis depan, mengirimkan ratusan personel militer terbaiknya untuk menjaga kedamaian di wilayah yang tengah bergejolak. 

Indobatt 03, salah satu kontingen perdamaian Indonesia di Darfur, melaksanakan patroli rutin di daerah-daerah rawan konflik, memastikan bahwa masyarakat sipil dapat hidup dengan aman tanpa rasa takut. 

Tetapi mereka tidak hanya bertugas menjaga keamanan; Indobatt juga berperan aktif dalam kegiatan Civil Military Coordination (CIMIC), sebuah pendekatan unik yang menitikberatkan pada interaksi positif antara militer dan masyarakat sipil. 

Dalam program CIMIC, pasukan perdamaian Indonesia menunjukkan wajah humanis mereka. Mereka memberikan perawatan medis kepada masyarakat setempat yang sering kali tidak memiliki akses ke layanan kesehatan. 

Mereka juga mendistribusikan bantuan kemanusiaan, memastikan bahwa bahan makanan dan kebutuhan dasar lainnya sampai ke tangan mereka yang paling membutuhkan. 

Selain itu, pasukan ini membantu membangun infrastruktur, seperti jalan dan fasilitas umum, yang tidak hanya meningkatkan kualitas hidup tetapi juga menumbuhkan rasa percaya masyarakat lokal terhadap pasukan perdamaian internasional. 

Kehadiran Indonesia di Darfur bukan hanya soal menjaga perdamaian; ini adalah tentang membangun kembali kehidupan, memberikan harapan kepada masyarakat yang telah lama hidup dalam bayang-bayang konflik. 

Melalui kerja sama erat dengan komunitas lokal, pasukan Indonesia berhasil menciptakan hubungan yang lebih harmonis di wilayah tersebut. Mereka menjadi simbol bahwa di tengah gelapnya perang, masih ada sinar harapan yang datang dari tindakan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun