Indonesia tidak hanya menjalankan misi ini dengan profesionalisme tinggi, tetapi juga dengan hati yang tulus. Ini sejalan dengan prinsip diplomasi Indonesia yang mengutamakan perdamaian dan kerja sama internasional.Â
Misi di Sudan adalah perwujudan dari komitmen Indonesia untuk selalu menjadi negara yang berperan aktif dalam menciptakan stabilitas dunia.Â
Meskipun Misi UNAMID resmi berakhir pada tahun 2020, kontribusi Indonesia dalam misi ini meninggalkan jejak yang mendalam. Peran ini tidak hanya memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan negara-negara Afrika, tetapi juga memperkuat reputasi Indonesia sebagai mitra terpercaya dalam upaya perdamaian global.Â
Dengan komitmen yang konsisten, Indonesia terus memantau situasi di Sudan, siap kembali jika dunia memanggilnya lagi untuk membantu dalam misi kemanusiaan dan perdamaian. Melalui misi ini, Indonesia telah membuktikan bahwa di tengah dunia yang penuh dengan tantangan dan konflik, semangat damai selalu bisa membawa perubahan positif.
Jadi misi hebat ini bukan seperti yang dibayangkan akan menggelora seperti semangat 45 yang akan mengusir dan mengganyang penjajah Rusia, UEA, Iran, Libya dan berjuang bersama rakyat sipil sudan untuk merdeka dan makan bahkan menikmati pertambangan emas dan minyaknya, melainkan tentara yang melindungi rakyat supaya tidak diburu dan dibantai, dan memberi makanan supply dari PBB dalam arti sementara, bukannya berjanji akan datang lagi membasmi serangga emas dan minyak sumber kesengsaraan.Â
Berarti sekarang ada kevakuman setelah selesainya masa tugas tentara perdamaian Indonesia. Mungkin saja ada yang pergi ke Sudan dengan biaya pribadi, seperti tentara dan bekas tentara AS yang secara sukarela pergi ke Ukraina dan Afrika menyerang pengganggu penduduk sipil.Â
Juga ada tentara bayaran seperti Wagner dengan upah kawasan pengurasan pertambangan demi menjaga petinggi gerombolan pejuang egois, mungkin ada juga tentara Indonesia yang diperbantukan secara rahasia atau bayaran, tapi sejauh ini tidak ada indikasi.Â
Dan ini bukan merupakan karakter tentara Indonesia yang suka berpetualangan di medan peperangan. Masak hobi perang, berarti bukan merupakan kebudayaan Indonesia.
Libya, negara tetangga berikutnya, memainkan peran penting dalam mendukung Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dalam konflik yang sedang berlangsung di Sudan, terutama melalui keterlibatan panglima perang Libya, Khalifa Haftar.Â
Haftar, pemimpin Tentara Nasional Libya (LNA), diduga memasok senjata dan dukungan logistik kepada RSF. Dukungan Haftar terhadap RSF adalah bagian dari jaringan aliansi regional yang lebih besar, melibatkan aktor-aktor seperti UEA, yang bertujuan untuk mengekspresikan pengaruh di Sudan demi keuntungan strategis dan ekonomi, termasuk penguasaan sumber daya dan wilayah.
Dukungan Haftar juga sejalan dengan kepentingan lebih luas dari kekuatan eksternal seperti Rusia, yang telah terlibat dalam konflik Libya dan Sudan melalui proxy seperti Grup Wagner. Hubungan yang rumit ini telah memperdalam krisis di Sudan dengan menambahkan dimensi eksternal pada perjuangan internal, membuat upaya perdamaian semakin sulit.