“Film apa?” Tanya kyai.
“Ghajini, dalam film tersebut ada seorang cewek yang menjadi model majalah mencintai Amir Khan yang jadi bos perusahaan telepon seluler. Tapi si cewek tidak tahu kalau pacarnya adalah seorang bos, tahunya hanya pengangguran yang sedang mencari pekerjaan. Yang membuat Aamir Khan jatuh hati pada si cewek karena dia mempunyai kepedulian sosial yang tinggi. Misalnya, ada orang buta yang akan menyeberang jalan, dia tuntun. Pada waktu malam hari ada gelandangan yang tidur kedinginan, dia selimutin. Sampai akhirnya dia tewas karena menyelamatkan anak-anak cewek dibawah umur yang diperjualbelikan.” Kataku dengan nada rendah.
“Itu termasuk kecerdasan emosional, respon terhadap nasib orang yang kurang beruntung..” sambung kyai.
“Itu yang kedua. Yang ketiga…” kata kyai.
“Hai, jack..ternyata ente disini.. Tak cari ke rumah ente, ente gak ada..” tiba-tiba datang gus Azim, putra kyai yang kata orang-orang, dia khoriqul ‘adah, tingkah lakunya tidak sesuai adat kebanyakan orang alias mempunyai ilmu ‘wali’. Dia kalau memanggil sahabatnya dengan sebutan “jack”, supaya akrab katanya. Umurnya dibawah saya 2 tahun.
Kemudian saya menyalami beliau.
“ Gus..bentar..” kataku dengan tangan masih menyalami tangannya. Kemudian saya mendekatkan hidung saya ke mulutnya.
“Topi Miring, gus….” Kataku menebak.
“Tau aja ente.. Barusan orang-orang perempatan pada nantang minum. Eh, baru habis 3 botol udah pada mabuk mereka. Gue habis 4 botol.. eh besok ente gue ajak ‘muter-muter’ ya..”
“Insya Allah, gus..”
“Oke, gue mau piss (pipis=kencing) dulu sekalian mandi..” kata gus Azim sambil berlalu.