“Maksudnya, saya menikahi anak raja?” tanyaku karena tidak paham dengan yang dikatakan kyai.
“Hmm..Maksudnya cari istri yang bisa melahirkan anak raja itu kamu mencari istri yang punya ‘bibit unggul’. Ndak paham lagi maksudnya?” Tanya kyai.
“Cari istri yang ‘cerdas’…” kataku pelan, takut pemahamanku keliru.
“Ya. Itu.. Soalnya ada penelitian ilmiah yang mengatakan kecerdasan anak itu menurun dari ‘gen’ ibunya…” terang kyai.
“Kalau nggak percaya kamu bisa cari dan baca artikelnya di internet.. kamu kan biasa ngenet..” lanjut kyai. Memang kyai saya ini juga mengikuti perkembangan teknologi, beliau juga sering browsing internet mencari-cari artikel. Tapi, ketika saya tanya apa punya facebook beliau menjawab nggak perlu, menghabiskan waktu.
“Kecerdasan itu ada tiga, kamu boleh memilih salah satu atau syukur bisa mendapatkan ketiga-tiganya.” Jelas kyai.
“Pertama, kecerdasan intelektual. Dia tidak saptek”
“Gaptek, yai..” kataku membetulkan.
“Ya, gaplek..eh gaptek (gagap teknologi)..”
“Kedua, kecerdasan emosional. Dia cekatan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah. Sabar, pandai bersosialisasi terhadap masyarakat dan punya kepekaan terhadap lingkungan.” Jelas kyai. Kemudian kyai menyulutkan rokoknya yang mati karena lama tidak disedot.
“Saya jadi teringat film India yang dibintangi Aamir Khan…” Kataku.