Mohon tunggu...
Heri Susanto
Heri Susanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Red Letter Day

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

CATATAN PANJANG AISHA

21 Desember 2012   19:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:14 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ibu kembali berkata,” seseorang yang ingin menjagamu, daia yang mengirimkan surat beberapa waktu lalu untukmu.

” Dia adalah seorang guru ngaji di sebuah pesantren, dan tak lain adalah teman SMA mu, kalian dulunya sekelas”.

Aku terkejut, dan semakin penasaran, ”siapa bu?”, aku kembali bertanya.

” Kamu siap-siap ganti pakaian ya, temui ia, dia datang bersama orang tuanya. Nanti kamu akan tahu sendiri.

”Keputusan ada di tangan mu, nak”, kata ibu lalu berlalu meninggalkan kamarku.

Pikiranku langsung menerawang ke masa beberapa tahun silam, untuk mengingat kembali siapa kira-kira teman dekat ku ketika SMA. Apakah Putra, yang selalu senang mengganggu dan menggodaku, yang sering membuatku kesel dan kemudian berbaikan kembali?, atau Rahmat yang berusaha mendekatiku tapi selalu gagal?, atau juga Fatih, pemuda yang dikenal pendiam, namun ilmu agamanya kuat? Aku terus menerka-nerka.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu tentang Fatih, kala itu aku duduk menangis ditaman sekolah ketika jam istirahat. Keluargaku diambang kehancuran. Aku menangis, terdiam dalam suasana hati yang kacau. Desiran angin yang melambai seakan datang untuk menyeka air mata yang terus mengalir di pipi. Namun itu tak mampu membuat ku berhenti menangis, aku terus larut dalam kesedihan. Ketika itu Fatih datang menghampiri dan bertanya,” Aisha.... kamu kenapa?”,aku terkejut, langsung menyeka air mata dan berkata, “tidak ada apa-apa.”

Hal di luar dugaan, aku kira dia akan pergi, namun itu tidak terjadi, ia bahkan duduk menemaniku. Aku bingung harus bagaimana, aku tak mampu lagi menutupi duka, dan akhirnya kuceritakan semua masalahku padanya.

“Fatih.... apa yang harus aku lakukan? Aku tak mau keluargaku hancur,” kataku sambil terus becerita padanya. Ia mendengarkan segala keluh kesahku, ia menghela nafas seketika dan berkata, “Aisha.... hidup ini penuh dengan ujian, tak ada yang tak pernah diuji oleh Allah, namun kadarnya berbeda-beda.” Ia kemudian meneruskan perkataan nya, “ Aisha.... banyak-banyak lah berdoa dan berusaha untuk menyatukan kembali keluargamu. Allah tahu apa yang terbaik untuk mu, dan kamu jangan pernah berburuk sangka pada-Nya.”

“ Tapi fatih.... aku tak sanggup menghadapi semua ini sendiri, aku tak sanggup menerima kenyataan pahit ini”, aku bergumam padanya. Dengan tatapan yang teduh, ia kembali berkata, “ Aisha....kata siapa kamu sendiri?, “kamu masih punya orang-orang yang sayang padamu, kamu masih punya Allah yang selalu melindungimu, jangan pernah lupakan itu aisha. “Allah tidak pernah tidur, Dia tahu apa yang terjadi pada hamba-Nya.”

Aku terdiam, dan berkata, “makasih ya fatih atas saran nya, pikiran ku kacau sehingga seringkali terpuruk dengan pikiran-pikiranku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun