Aku mengangguk pelan dan memeluk ibu. Begitu bijak kata-katanya begitu nyaman aku berada bersamanya, dan akupun tenang setelah mendengar sarannya.
“Terima kasih ya bu, Aisha sayang ibu” kataku sambil terus memeluknya.
***
Seminggu telah berlalu, aku telah melakukan saran ibu. Kini hatiku telah mantap dengan pilihan. Aku mengambil selembar kertas dan mulai menulis diatasnya. Dalam hati ku awali dengan mengucapkan ’bismillahirrahmanirrahim’, moga ini yang terbaik.
Kepada sang pemilik hati
Waalaikumsalam wr.wb
Alhamdulillah aku masih dalam lindungan Allah, dan masih diberi kesehatan hingga kini. Maaf sebelumnya jika aku baru membalas surat mu. Jujur aku terkejut, bingung, dan tak tahu harus berkata apa. Aku yakin engkau pemuda baik, yang bisa menjaga hati sekian tahun karena takut akan terjebak cinta semu.
Aku sangat menghargai ketulusanmu. Namun, jika mengajakku nikah sekarang, aku belum siap. Ada beberapa hal yang belum kuselesaikan, dan aku berharap engkau dapat mengerti.
Jika kamu bersungguh-sungguh ingin menggenapkan separuh ”dien” bersamaku, aku menunggu kehadiranmu setelah aku selesai diwisuda. Engkau boleh langsung membawa keluargamu untuk datang kerumah, dan berbicara dengan orang tua ku.
Namun, bila di tengah penantian engkau menemukan yang lain. Aku akan mengikhlaskannya. Aku tidak tahu engkau siapa, tapi yang pastinya aku yakin dengan keputusan ini. Aku yakin Allah yang mentakdirkan semua ini, dan Ia tentu lebih tahu apa yang terbaik untuk ku. Allah lah yang telah mengatur segalanya.
Aisha