Mohon tunggu...
Heri Susanto
Heri Susanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Red Letter Day

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

CATATAN PANJANG AISHA

21 Desember 2012   19:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:14 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bukan penyair yang pandai dalam bermain kata, dan aku juga bukan siapa-siapa yang patut untuk kamu harapkan. Aku hanyalah seorang pemuda yang saat ini sedang mencintaimu.

Aisha... aku sudah lama mengenalmu, kita pernah ngobrol, belajar, bahkan tersenyum bersama. Tetapi saat-saat itu telah terlewati selama 4 tahun yang lalu, dan sudah sejak itu pula hingga saat ini aku masih mencintaimu. Aku tak kuasa mengungkapkan kala itu, aku malu dengan perasaan ku sendiri. Cukup hati dan Allah lah yang tahu.

Aisha.... aku memendam rasa sudah cukup lama, tapi aku takut tak berani mengungkap semuanya karena aku tak ingin terperangkap dalam cinta semu atau cinta yang sebatas nafsu belaka. Aku mencintaimu sepenuh hati, aku ingin menggenapkan setengah ”dien” ku bersamamu. Aku ingin engkau menjadi istri dan ibu dari anak-anak yang dapat menyejukkan hati kita. Aku ingin mendirikan bahtera rumah tangga bersama mu.

Aisha.... kini aku merasa telah saatnya mengungkapkan semua. Jika dirimu bersedia menjadi permaisuri hatiku dan meneruskan perjuangan bersama, maka katakanlah pada balasan suratmu, maka aku akan datang untuk mengkhitbahmu.

Yang mencintaimu dalam diam

Aku tertengun membaca untaian kata yang terukir rapi dikertas putih itu. Apakah aku sedang bermimpi?? Ya Allah....apa lagi ini....

Aku tak tahu dia siapa, 4 tahun yang lalu. Itu artinya ketika aku masih duduk dibangku SMA. Tapi siapakah dia???? Teman sekelasku, teman bermainku, teman satu sekolah beda kelas, atau abang tingkatku??? Astaghfirullah...kenapa aku jadi menebak-nebak tak pasti seperti ini. Perasaan bingung kian menyelimuti diri.

Aku bergegas menemui ibu, karena menurutku ibu adalah orang yang tepat dan tahu apa yang seharusnya aku lakukan. Aku menyerahkan surat itu, lalu ibu membacanya dengan seksama. Kemudian ibu menatapku, dan berkata, ”Aisha...kamu sudah dewasa, sudah saatnya untuk menentukan pilihan hidup.”

” Tampaknya pemuda ini adalah anak baik, dari tutur bahasanya menunjukkan seorang yang punya keteguhan iman dan senantiasa menjaga hatinya.

” Tidak mungkin dia hanya iseng mengirimkan ini untukmu, dia tampak begitu dewasa”.

Ibu tampak terdiam sejenak, dan melanjutkan perkataannya, ”Aisha.... alangkah baiknya jika kamu istikharah terlebih dahulu, dan ketika kamu sudah mendapat jawaban dan yakin dengan pilihanmu, baru kamu membalas suratnya, ibu akan mendukung setiap keputasanmu, kamu mengerti kan nak?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun