"Bagaimana Inang tahu Ompung sudah datang?" tanya saya kepada satu mediator yang sudah "dimasuki" Ompung Boru/Namboru Siampudan. Sekarang ia duduk di dekat saya.
"Tahu saja. Ada energi lain di dalam diri saya. Dia akan mengarahkan apa yang harus saya lakukan atau katakan."
Mediator dari Parapat ini terpilih 20 tahun lalu, saat berkunjung ke situs Batu Hobon. Sehari-hari ia seorang muslim. Ompung yang mendatanginya adalah Si Boru Biding Laut. Atau Ratu Pantai Selatan. Yang selama itu diyakini menyukai warna hijau. Dan itu termanifestasi dari kesukaan mediator itu memakai pakaian hijau. Lalu semesta mempertemukan mediator dengan seorang yang menyerahkan leontin emas bergambar seorang dewi, kepadanya.Â
"Inilah Ompung yang mendatangi saya, dalam mitologi China," katanya sambil memperlihatkan emas berukir dewi dengan banyak tangan.Â
"Ompung sangat sangat mengasihi anak-anaknya, tak pilih kasih, ingin memberkati kita semua," kata mediator itu sambil menaruh kedua tangan ke dada, membayangkan Ompung yang sudah memasukinya tadi.
Panuturi laki-laki yang masih 25 tahun itu sendiri terpilih saat usianya masih sangat muda, 7 tahun. Masa ia belum tahu apa-apa dan tidak tahu apa yang terjadi. Dia terpilih oleh leluhur untuk menyampaikan pesan-pesan dan melakukan tugas-tugas bagi keturunannya, bangso Batak.Â
Tuan SariburajaÂ
Menurut kawan saya, yang juga mediator, roh leluhur yang berkenan datang malam itu, lengkap. Menurutnya pula, para mediator itu tidak hanya penganut Malim. Dan bahwa penganut Malim pun beragam. Mereka memiliki sebutan-sebutan tertentu, yang menandakan keunikan dan kekhususan kelompok mereka.
Tuan Sariburaja, yang patungnya ada di Situs Batu Hobon, adalah keturunan Guru Tatea Bulan. Guru Tatea Bulan adalah keturunan Si Raja Batak, selain Raja Isumbaon.
Guru Tatea Bulan memiliki 5 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Kelimanya adalah: Raja Biak-Biak atau Raja Uti, Tuan Sariburaja, Limbong Mulana, Sagala Raja, Silau Raja. Sementara keempat boru-nyaadalah Si Boru Pareme, Si Boru Anting, Si Boru Biding Laut, Nantinjo.Â
Roh mereka turun malam itu, mendatangi para mediator yang berbeda. Ompung yang mendatangi kawan saya, adalah Putri Lopian. Putri Sisingamangaraja XII. Seorang Panglima Perang. Itu sebabnya tortor yang dibawakan dalam gerak cepat. Seperti melayang kurasa tadi, aku teman saya.Â
Saya hampir tak mengantuk menyaksikan ritual sepanjang malam hingga pagi itu. Para mediator manortor. Pargoci memainkan gondang. Tortor baru berhenti pukul 5 pagi. Energi yang luar biasa besar. Setelah musik selesai, saya pun tidur.