Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

17 Jam Mengikuti Ritual Tradisi Gondang Patarias Debata Jujungan

21 Oktober 2022   15:47 Diperbarui: 5 Desember 2022   14:29 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tradisi adat (dok. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara/aman.or.id)

Sementara pargoci menyiapkan gondang kecil, Panuturi berkata kepada Ompung yang sudah "memasuki" satu mediator, untuk menunggu.

Para mediator kebanyakan berpakaian putih --ada juga warna lain. Atribut mereka pada umumnya adalah selendang ulos dan tali-tali di kepala, atau di pinggang.

Ciri-ciri mediator yang sudah "dimasuki" roh leluhur -siapa pun namanya, akan manortor dengan cara yang diinginkan oleh roh yang datang itu. Dan mereka pun tampaknya tahu bahwa roh leluhur sudah memasuki atau ada di badan satu mediator. Biasanya, kalau seorang mediator pura-pura "dimasuki" roh leluhur, mereka pun akan saling tahu. Sebagai mediator, mereka tidak bereaksi negatif, tetap menjalankan ritual, seperti tidak terjadi apa-apa.

Ketika seorang mediator terpilih dimasuki oleh roh leluhur, para mediator lain akan memberi kesempatan atau memperhatikan si terpilih. Selendang putih panjang akan dipakaikan kepadanya. Bila membawa pakaian khusus, si terpilih akan berganti pakaian seperti yang diinginkan oleh roh leluhur. Mediator itu sudah tahu apa yang perlu disiapkan kecuali bila roh leluhur yang datang saat itu, bukan yang biasanya.

Saat mediator sudah dimasuki roh leluhur, mediator lain akan memperhatikan dan gerakan si terpilih -agar selendang jangan terlilit atau terinjak si terpilih misalnya. Agar manortor tidak melewati batas wilayah atau mendengarkan pesan Ompung melalui si terpilih. 

Saat manortor, tubuh-tubuh para terpilih itu saling menyapa, menyentuh, menyayangi. Mereka manortor sambil berpelukan, saling memegang pundak, dengan kepala tertutup selendang atau ulos. Roh-roh leluhur itu seperti sedang bereuni dan berkasih sayang, melalui tubuh-tubuh para mediator. Mereka menyembah kepada Debata Mula Jadi Na Bolon. Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Dan Gondang Somba, adalah musik pengiring tortornya.

Tortor terkadang cepat dan keras mengikuti suara gondang dan serunai para pargoci. Sebaliknya, panuturi akan mengarahkan musik yang tepat untuk mengiringi tortor roh leluhur. 

Si terpilih akan manortor dengan mengentakkan kaki ke lantai, gerakan melipir mengikuti lingkaran dengan tangan kanan terentang ke depan, tangan kiri terentang ke belakang, melompat dengan dua kaki, atau dengan satu kaki. Mediator yang terpilih dan ompung leluhur menyatu dalam suasana pesta. Saling memberi, saling menerima. Saling menunjukkan kasih sayangnya.

Sebelumnya, saya pikir ritual ini akan menampilkan suasana seram dan mistis. Tidak sama sekali. Semua berjalan santai. Panuturi memimpin. Para mediator manortor. Kalau letih, mediator akan duduk. Kalau haus, mereka minum. Meski ada juga mediator yang manortor tiada henti. 

Mediator terpilih malam itu menyampaikan pesan dari Ompung. Bila roh leluhur akan menyampaikan pesan, maka suara mediator si terpilih akan berubah. Suaranya akan mirip suara roh leluhur.

Para mediator itu bergantian terpilih didatangi roh leluhur yang berbeda. Pargoci terus memainkan music. Mendengarkan arahan Panuturi.

Yang Terpilih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun