Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

17 Jam Mengikuti Ritual Tradisi Gondang Patarias Debata Jujungan

21 Oktober 2022   15:47 Diperbarui: 5 Desember 2022   14:29 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tradisi adat (dok. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara/aman.or.id)

Seorang kawan memberitahu bahwa ritual Patarias Debata Jujungan akan digelar oleh sekelompok masyarakat Batak yang peduli tradisi leluhur, Selasa (17/10/22) lalu. Mereka telah melihat tanggal yang baik. Akan dilaksanakan Gondang Bolon, kata teman saya lagi. Dan saya diundang, boleh hadir.

Sejak lama saya ingin menyaksikan ritual agama suku leluhur Batak. Tak menyia-nyiakan kesempatan, saya katakan saya hadir. Saya berangkat bersama dua remaja, yang juga diundang mengikuti acara. Rangkaian acara sebenarnya sudah dilakukan sejak hari sebelumnya. Kami menyusul karena harus membereskan tanggung jawab tugas. Kami pun janji berjumpa di Pelabuhan Ajibata, Parapat, pukul 3 sore.

Saya naik angkot dari Balige. Tiba di Pelabuhan, mereka sudah naik kapal. Tak lama kapal berangkat, menuju Tomok. Permukaan air Danau Toba tenang. Bebukitan hijau berkeliling, di ujung mata.

Dari Ajibata ke Tomok hanya 30 menit. Dari sana, sesuai saran kawan saya, kami naik angkot ke Pangururan. Berhenti di simpang gereja HKBP Bolon. Di sebrang gereja ada warung kopi. Kami duduk di sana, menunggu jemputan. Saya pesan kopi, dua teman muda saya minum teh manis. 

Matahari masih terang namun sinarnya tak lagi galak. Jalanan di ibu kota kabupaten Samosir ini kering, berdebu. Kendaraan yang lewat menyisakan suasana berkabut di atas jalanan. Pemilik kedai membersihkan meja dan kursi tempat kami duduk. Lama juga kami menunggu. Langit sudah redup. Angin kadang kencang, dingin.

Sudah lewat pukul 6 petang. Lantas dua motor parkir di depan kedai. Mobil rusak, jadi kami diminta jemput kalian, kata mereka. Kami bertiga, tapi motor cuma dua. Itu bisa diatasi, kata mereka. Saya membonceng satu motor. Dua teman muda saya yang badannya tipis-tipis, di belakang satu motor lain.

Tujuan kami Limbong. Desa di Sianjur Mulamula, di lembah Sagala. Kira-kira dua puluh menit bermotor, dari Pangururan. Udara dingin sekali. Angin yang turun dari gunung, kencang meniup. Untung saya berjaket, dengan tutup kepala. 

Kepada yang membonceng saya, saya bertanya tentang komunitas penyelenggara. Seperti kata kawan saya, ini bukan acara komunitas atau lembaga. Mereka yang marulaon (beracara) adalah mereka yang peduli leluhur, dan warisannya. Sama-sama menghargai ritual gondang. Mereka yang berjumpa karena saling menemukan. 

Situs Batu Hobon

Kami tiba di lokasi pukul 7 malam. Situs Batu Hobon namanya. Titik nol kebudayaan Batak.

Batu Hobon adalah batu (alam) besar yang berisi harta warisan leluhur, yang tak boleh dan tak pernah dibuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun