Kilas balik perjalanan perjuangan menjadi pendidik
Kita bisa sampai di sini, dan menduduki posisi yang mulia ini, sebagai pendidik calon penerus bangsa. Bukanlah hal yang instan dan terjadi begitu saja, secara simsalabim.Â
Tetapi, membutuhkan proses yang panjang, waktu yang lama, perjuangan, luka, darah, dan air mata.
Oleh karena itu, saat semangat terasa memudar, raga capek dan merasa lemah. Melakukan refleksi dengan cara kilas balik bagaimana perjalanan profesi ini dimulai, akan mengantarkan kita kembali pada jalur yang semestinya. Tidak ada kata menyerah, saat kita sudah berada di tengah perjalanan. Kita tidak mungkin berhenti dan kembali.Â
Pilihan terbaik adalah terus melangkah, meskipun hanya langkah yang kecil dan terseok.Â
Tantangan di dunia pendidikan saat ini, bagaikan jurang yang curam, terjal, dan berbahaya. Krisis moral dan etika terpampang nyata. Akan menjadi seperti apa rakyat Indonesia di masa depan adalah tugas kita sebagai guru hari ini. Semangat untuk terus belajar dan menambah pengetahuan, bagaimana cara menghadapi semua kendala tersebut.Â
Akan mengantarkan kita pada solusi yang efektif, agar peserta didik kembali menemukan jati dirinya. Sebagai pribadi yang masagi, artinya bagus dalam segala hal, mumpuni, paripurna, kokoh, dan ajeg dalam segala bidang.
Itulah, dua pertanyaan yang harus kita ajukan kepada diri sendiri, agar bisa mengenali siapa diri kita sebenarnya. Mampukah kita mengemban beban sebagai guru bangsa yang senantiasa terus mau untuk belajar sepanjang hayat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H