Aku mau hidup seribu tahun lagi
Jejak patriotisme
Dalam karya-karya yang ditulisnya, saya melihat ada semangat yang menyala, ada pijar yang meletup-letup yang timbul dari dalam dada. Semacam kritik yang tajam, tapi dikemas dalam kalimat-kalimat dan sindiran halus. Sehingga orang yang dikritisi tidak merasa bahwa puisi itu untuk menyinggungnya.
Sebagai pelopor angkatan '45 tidak berlebihan dan sudah seharusnya, jika karya yang dihasilkan oleh Chairil Anwar mengandung unsur patriotisme. Karena, seperti dikatakan oleh seorang budayawan bahwa teks sebagai hasil karya tidak dapat dilepaskan dari konteks waktu, tempat, sejarah, dan budaya yang melatarbelakanginya.Â
Puisi-puisi karya Chairil Anwar sangat lekat dengan aroma patriotisme. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kata patriotisme berasal dari patriot dan -isme. Patriot memiliki makna bersifat kepahlawanan atau memiliki jiwa pahlawan. Sedangkan akhiran -isme menandakan suatu paham, ajaran, atau kepercayaan. Jadi, patriotisme dapat dimaknai sebagai paham yang bersifat kepahlawanan. Kita dapat menemukan jejak-jejak patriotisme tersebut melalui elemen sikap berikut.Â
Semangat dan kemandirian
Melalui puisi yang berjudul 'Aku' kita dapat melihat ada semangat, vitalitas, energi dalam kehidupan, serta kemandirian. Kata 'Aku' yang bersinonim dengan saya dan beta, dipilih sebagai simbol dari kemandirian itu. Bahwa secara manusia, memang kita memiliki ego, dan kata 'aku' sangat mewakili individualitas dari ego tersebut.
Ketika sudah memiliki tujuan, dalam hal ini kita dapat menemukan dalam kalimat 'Kalau sampai waktuku'. Ada beberapa kritikus yang berpendapat bahwa kalimat di atas memiliki makna jika Indonesia sudah mencapai gerbang kemerdekaan. Kata 'aku' dalam puisi tersebut bukan aku secara pribadi, melainkan aku sebagai bangsa Indonesia. Banyak kata yang melambangkan semangat dari puisi yang berjudul 'Aku'. Bahkan menurut saya, hampir secara keseluruhan kata-kata dari puisi ini menggelorakan semangat bagi siapa saja yang mendengar atau membacanya.
Semangat itu dapat kita lihat dalam kalimat : aku mau hidup seribu tahun lagi. Hal ini menandakan optimisme dan harapan yang menggebu. Walau pada akhirnya, menurut sejarah Chairil Anwar meninggal pada usia yang masih muda, yakni menjelang usia 27 tahun. Namun, semangat itu ia gaungkan melalui tulisannya. Sehingga, saat jasadnya terkubur di bawah tanah pun, karya-karyanya tetap mengangkasa, menggaungkan semangat yang menggelora.
Sikap yang berani
Kita dapat melihat patriotisme dalam sikap dan keberanian yang dituangkan Chairil Anwar dalam puisi 'Aku' di atas. Kita akan menemukan kalimat, 'aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang'. Maksudnya, penyair mengakui bahwa dirinya adalah binatang jalang, yakni binatang yang hidup berkeliaran secara bebas, tidak dikekang, bisa hidup merdeka sesuai kehendak hatinya, tidak suka diperintah, dan tidak mau terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan.Â