datang bisikan dari jauh, dari tahun 1928.
Sejarah bersimpuh di hadapannya.
Di langit, nampak leluhur menggali akar,
menyatukan suku, bahasa, dan agama.
Dari Sumatra hingga Papua, sumpah pun diikrarkan.
Satu bahasa, satu tanah air, satu bangsa: Indonesia.
Mereka memahat impian dari luka dan air mata,
menjahit setiap perbedaan dalam simpul kuat.
Mantra itu menjadi akar yang menembus dalam, meneguhkan tanah air yang belum bernama, namun menyala dalam jiwa.
Ia, Darta, hidup di era digital yang tanpa batas.
Ia melihat dunia berbaur menjadi satu,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!