“Dasar Iblis kalian!”
Dua petugas bertopi dan masker memasukkanku ke dalam mobil tahanan. Sebelum membanting pintu mobil, mereka membuka topi dan masker.
“Aku sudah lulus dari negeri para guru. Trik jitu tipu-tipu sudah kukuasai,” ucap salah satu.
“Aku pun sudah mahir mencuri,” timpal di sebelahnya.
Ternyata kedua pria itu adalah orang-orang yang kutemui di negeri para guru. Aku menghentak-hentakkan badanku di jok mobil. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini. Aku bukan pelaku kejahatan. Aku hanya belum bisa membahagiakan keluargaku. Aku jahat karena itu.
“Tolong aku!”
“Tolong lepaskan…!”
Kerongkonganku serasa putus. Suara tak bisa keluar. Hanya getar saja. Seperti getarnya tanganku mengepal amarah. Tapi entah kepada siapa aku sebenarnya harus marah. Aku pun sadar masih menjadi seorang murid belumlah menjadi guru (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H