Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Delusi Air Terjun di Tambang Pasir

31 Mei 2024   16:29 Diperbarui: 1 Juni 2024   15:46 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber gambar Pixabay.com/ReneGosner 

"Jarrel mana, Bu?" tanya Pak Kamran sambil menangis.

"Ibu hanya bisa selamatkan adiknya, Pak. Air bah deras sekali, Jarrel terbawa arus," jawab istrinya sambil ikut menangis.

Segera dibantunya istrinya untuk bangun dan menuju ambulans yang sudah menunggu para korban dibawa ke rumah sakit. Tampak dari jauh Kades sahabatnya menunggu di pintu ambulans.

Pak Kamran terus mencari satu anaknya lagi yang masih hilang. Dia menyusuri pinggir sungai dan menuju tempat dimana dia biasa menumpuk pasir tambang. Menjelang sore dia belum juga menemukan tanda-tanda keberadaan anak tersayangnya itu.

Saat akan beranjak pulang ke rumah, tak sengaja kakinya menyenggol sesuatu. Sebuah ranting kayu membuatnya terjatuh dan wajahnya membentur lokasi  bekas galian pasir. Tampak olehnya sebuah tangan tertutup oleh pasir sungai. Jari-jari kecil itu membuat tangis Pak Kamran meledak. Digalinya pelan-pelan supaya tak melukai tangan itu. Kaget bukan main, Pak Kamran melihat sebuah gelang dari biji sawo yang melilit di pergelangan tangan itu.

"Jarrel...," Pak Kamran menangis sekeras-kerasnya. Makin cepat digalinya tangan itu makin keras pula tangisannya. Benar saja jenazah yang dilihatnya, tertimbun pasir dengan posisi telungkup. Tak sulit bagi Pak Kamran untuk mengangkatnya. Selanjutnya, dia peluk erat tubuh yang dingin dan kaku itu.

Tangisan dan air mata sudah membutakan Pak Kamran. Tak berapa lama, terdengar suara keras seorang anak kecil dari atas pohon.

"Pak, Bapak, ini Jarrel, Pak. Jarrel masih hidup."  

Badan Pak Kamran lemas dan dia berlutut sambil menggendong jenazah anak kecil sebesar Jarrel di lengannya. Tangisan makin keras terdengar. Pak Kamran sudah seperti anak kecil yang ditinggal orang tua. Dibaringkannya jenazah itu perlahan dan kemudian memanjat pohon untuk menurunkan putra sulungnya.

Dengan mata berkaca-kaca dia gendong Jarrel kemudian mendudukkannya di samping jenazah.

"Kok bisa, Jarrel?" tanya Pak Kamran penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun