Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Delusi Air Terjun di Tambang Pasir

31 Mei 2024   16:29 Diperbarui: 1 Juni 2024   15:46 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber gambar Pixabay.com/ReneGosner 

Pak Kamran mengangguk mengiyakan.

"Kita ditunggu sekarang, Pak. Itu disana dekat jembatan. Air sudah  mulai surut, kita bisa menyeberang,"

"Baik, mari, Pak," sahut Pak Kamran.

Mereka berlari kecil karena truk sudah menunggu dari tadi. Pak Kamran dan temannya duduk di samping supir truk. Mereka melaju melewati jembatan dengan perlahan karena air sungai masih menggenangi jalan.

Sesampai di lokasi, Pak Kamran bertemu dengan pemesan pasir. Seorang kontraktor yang terkenal di kampung sebelah. Dia adalah sahabat Pak Kamran waktu SMP dulu. Cukup lama mereka berbincang di rumah itu. Walau berkali-kali Pak Kamran mohon ijin untuk kembali ke tempat kerjanya, si kontraktor berulang kali juga menahan.  Dia rindu bernostalgia saat mereka bersekolah karena sudah lama tak bersua.

Tak terasa hampir setengah hari Pak Kamran ada di rumah itu. Tiba-tiba suara beberapa warga terdengar berteriak, "Pak Kades, Pak Kades. Ada bencana banjir di kampung sebelah...."

Ternyata sahabat Pak Kamran itu adalah seorang kepala desa di kampungnya. Dia menghampiri warga yang ngos-ngosan berlari menuju rumahnya.

"Banjir dimana, Bapak-Bapak?" tanya Pak Kades.

"Desa Nagasari, Pak. Semua rata karena air," ucap mereka bersamaan.

Saat mendengar nama Nagasari, Pak Kamran dan teman satu kampungnya terperanjat. Kopi yang sedang mereka seruput pun muncrat mengenai alas meja.

"Bapak yakin berita itu, Pak?" tanya Pak Kamran pada warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun