"Dari 6 orang, hanya anda yang masih hidup,"tegasnya.
"Apa Pak?, teman-teman saya mati? Kok bisa? Berarti kantong mayat yang saya lihat di luar adalah teman-teman saya?" tanya Wina dengan histeris.
"Semua dalam kondisi terjerat tali. Kok anda bertanya seakan tidak tahu kejadiannya?" bentak polisi.
Wina merasa polisi menuduhnya sebagai pembunuh. Namun, percuma rasanya menjelaskan yang dia alami karena tidak akan ada yang percaya. Dia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ketakutan tadi malam saja masih membuatnya trauma. Wina pun hanya pasrah ditanyai oleh polisi dengan pertanyaan yang susah dijelaskan.
Wina jadi teringat dukun yang pernah melarang membawa Silvi keluar dari kampung itu. Siapa Silvi sebenarnya menjadi misteri baginya.
Suara ketukan pintu dari luar terdengar. Wina menghadapkan muka pada seseorang yang hadir di hadapannya.Â
Kedua polisi tampak masih saling berdiskusi satu sama lain.
"Silvi...," teriak Wina senang bercampur heran.
"Wina," timpal Silvi yang kemudian memeluknya.
Kedua wanita itu saling menangis. Para polisi malah menatap heran Wina.
"Maaf, Win. Aku tak sempat kasih kabar. Pas mau berangkat hiking bareng kalian, ada telepon mendadak. Nenekku di kampung meninggal jadi harus terbang ke kampung segera," jelas Silvi.