Wina bingung apa yang terjadi. Dia bersandar ke dinding dan menatap dari jendela kerumunan orang yang sepertinya membawa kantung jenazah. Ada 5 kantong jenazah  yang dia lihat diturunkan dari mobil ambulans.
Dua orang pria tegap berjaket hitam memasuki ruangan. Mereka mendekati Wina dan membawa sebuah tas kecil.
"Kami dari Polres, apakah tas ini punya anda?" tanya salah satu pria.
Wina memperhatikan dengan seksama tas yang ditunjukkan kedua polisi itu. Terlihat sebuah tali nilon biru sepanjang 2 meter di dalamnya dan secarik kertas bertuliskan 'Kembalikan Mata anakku'. Sudah pasti itu adalah tas yang dia temukan kemarin malam.
"Itu bukan punya saya, Pak. Saya temukan di hutan jati tadi malam dekat jenazah Silvi, teman saya," terang Wina membela diri.
"Jenazah? Tadi malam? Anda kan sudah berada di rumah sakit ini selama seminggu."
Wina tak mengerti apa yang dikatakan oleh polisi itu. Dia tambah tidak mengerti kenapa dia ada di rumah sakit. Padahal jelas bahwa dirinya ada bersama teman-teman KKNnya beserta sopir di lokasi jenazah Silvi tadi malam.
"Jenazah siapa?"
"Silvi, Pak."
Anggota polisi di sampingnya mengecek nama di daftar korban pembunuhan minggu lalu.
"Tidak ada nama Silvi disini."