"Tenang saja, kalo memang jin yang merasuk dalam tubuhnya maka biarkan. Nanti  jin itu akan keluar sendiri. Kalau kita takut, dia akan semakin senang dan lebih berani. Dia sedang mencari perhatian kita."
Semua mengikuti arahan Wina.
Tak ada satu pun perangkat desa yang hadir saat kepulangan mereka. Semua warga sepertinya sudah sepakat mengusir secara tidak langsung.Â
Kepala dusun pas di awal kedatangan mereka terlihat ramah, sekarang malah mendadak cuek. Dia hanya lewat saja dengan sepeda motornya. Itu semua mungkin karena ketersinggungan pihak warga atas pantangan yang dilanggar oleh Wina dan teman-temannya.
Dalam waktu bersamaan, dukun kampung juga berjalan melewati tempat singgah mereka. Wina pun datang menghampiri.
"Nek, maaf. Kenapa hutan jati disana tidak boleh difoto?" tanya Wina dengan raut wajah penasaran.
Dukun kampung itu hanya menggelengkan kepala dan diam. Jari telunjuknya mengarah pada rumah panggung.
"Kalian pulang! Tinggalkan dia disini!," ujar nenek itu dengan sorot mata tajam pada Wina dan teman-temannya.
Semua panik mendengarkan ucapan wanita tua itu. Ketakutan mulai menggerayangi bulu kuduk. Rombongan KKN itu pun hanya terdiam dan makin bingung tak tahu harus berbuat apa lagi.
Sekian lama menunggu, para mahasiswa itu berangkat meninggalkan kampung dengan sedikit lega. Namun, perasaan takut belum hilang dalam pikiran apalagi Silvi masih belum sadar betul. Matanya melotot pada orang di sekitar. Â
Di jok mobil bagian belakang, Ratno terlihat berbaring dalam keadaan demam tinggi dan disertai batuk keras.