Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Mata Anakku Bukan untuk Status KKNmu: Dendam Sang Kukang

18 Mei 2024   11:08 Diperbarui: 18 Mei 2024   11:09 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Paduan Pixabay.com dan Canva.com

Silvi berhenti dan mengembalikan kamera pada temannya itu. Tak lama, Wina sudah menampilkan status baru di Whatsappnya dengan foto-foto kukang beserta informasi lokasi mereka berada.

Sejak kejadian itulah, beberapa mahasiswa KKN  mengalami sakit. Ratno sering migrain dan muntah-muntah sedangkan Silvi kondisinya batuk kronis dan demam. Wina pun sering merasakan gatal-gatal di sekitar matanya. Tapi dia masih bisa menahan dengan merendam kepala dalam ember berisi air.

Tidak ada puskesmas di sana. Setiap yang sakit dan melahirkan hanya akan ditangani oleh seorang dukun kampung, wanita tua yang membuka praktik pengobatan di sebuah gubuk di tengah sawah. Wina dan kawan-kawannya sudah pernah berobat kesana namun kondisinya malah semakin parah.

"Intinya kita harus pulang besok pagi. Kita juga harus segera membawa Ratno dan Silvi ke Rumah Sakit di kota," tegas Wina sebagai ketua kelompok yang harus bertanggung jawab atas kawan-kawannya.

***

Saat pagi hari, Wina dan 4 temannya sudah berkumpul di halaman. Hanya Silvi saja yang masih berada di rumah panggung karena kondisinya kurang memungkinkan untuk turun. 

Seketika, sebuah mobil sudah bersiap menjemput mereka. Wina sebelumnya sudah menghubungi dosen pembimbing KKN dan menceritakan kejadian yang mereka alami. Dia pun memohon agar bisa dijemput.

Tiba-tiba dari dalam rumah panggung terdengar teriakan namun kurang jelas kata-katanya. Semua berlari menuju sumber suara dan mereka kaget melihat Silvi berperilaku aneh. Dia berjalan seperti orang yang kesurupan.

"Jangan keluar desa! Kembalikan mata anakku!" ucapnya dengan lantang. Matanya melotot dan merah sedangkan raut wajahnya pucat.

Semua panik dan bingung harus berbuat apa. Mereka juga tidak paham apa maksud ucapan itu. Tapi tidak dengan Wina. Gadis pemberani itu menyuruh teman-temannya mengunci kamar dari luar.

"Win, kalo ada apa-apa dengan Silvi bagaimana?"tanya Celsi tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun