"Nah.. jadi gitu Nad, gimana?."
"Hah.. kenapa Yo?."
Rio melihat Nadia datar. "Nad.. lo kenapa lagi?." tanya Rio.
"Eeh.. nggak kok. Nggak kenapa-kenapa. Sumpah!."
"Kayaknya lo butuh hiburan deh." kata Rio dan langsung berdiri dari duduknya lalu menggenggam tangan Nadia. Entah kemana Nadia akan dibawa, Nadia tidak tahu, tapi perasaannya sangat senang saat ini.
Waktu menunjukkan pukul lima sore. Saat itu, mereka masih asyik bermain di bawah rintik hujan. Berlarian menangkap satu sama lain. Nadia berusaha mengejar Rio sekuat tenaga. Namun Nadia tidak berhasil. Nadia kesal dan melempar segumpal tanah ke arah Rio. Kini Rio tampak kotor dengan kemejanya yang penuh dengan tanah. Dan sekarang giliran Rio yang mengejar Nadia. Langkah kaki Rio sangat kencang. Nadia mencoba terus berlari sekuat tenaga berusaha menghindari Rio, tetapi tenaga Nadia kalah dari Rio dan akhirnya Nadia tertangkap. Mereka tertawa. Rio memeluk Nadia. Ia bisa merasakan pelukan Rio. Nadia melepas pelukan Rio. Ia menarik Rio sampai di parkiran kafe, tempat dimana mobil Rio di parkir.
"Yo gue mau pulang." perintah Nadia dan mereka langsung memasuki mobil.
Rio memberikan sebuah jaket berwarna hitam miliknya pada Nadia. "Dipake Nad. Dingin."
Nadia pun memakai jaket milik Rio, sedangkan Rio tak memakai jaket. Nadia  merasa bersalah. Dalam hatinya, Nadia ingin sekali memeluk Rio. Sesampainya di rumah, Nadia terus saja memakai jaket Rio. Rasanya Nadia ingin memiliki jaket itu.
***
Keesokan harinya Nadia membaca pesan dari Rio.