Nadia menatap ayahnya lirih dan mulai memalingkan wajahnya. Nadia memenjamkan matanya. Bulir air matanya berjatuhan begitu saja. Nadia memegangi dadanya, kini rasanya sangat sakit. Isakan tangis Nadia terdengar ke telinga ayah. Membuat ayah merasa sangat bersalah. Ayah mencoba untuk memeluk Nadia, tapi belum sempat ayah meraihnya, Nadia berbalik badan dan langsung memeluk ayah.
"Pah.. aku kangen banget sama Nabilah.. aku kangen pah.." kata Nadia sambil menangis.
Ia meneggelamkan wajahnya pada bahu sang ayah. Ia menangis sejadi-jadinya. Ini membuatnya teringat kejadian delapan belas tahun yang lalu. Ketika Nadia menangis di pundak yang sama dengan perasaan yang sama.
***
Hari ini pencarian Nadia dimulai. Nadia mengunjungi panti asuhannya yang dulu pernah ia tempati selama tujuh tahun bersama Nabilah. Tempatnya sudah tidak seperti yang dulu. Kondisi bangunannya sudah tak sebagus yang dulu. Ia melewati taman, tempat biasa ia bersama Nabilah bermain dulu.
DRR!
From: Rio
Nad, sabtu sibuk nggak.?
Nadia memasukkan ponselnya cepat ke dalam tas. Ia terlalu malas meladeni Rio. Nadia terlalu sakit saat ini. Ia tidak mau fokusnya mencari Nabilah terbengkalai, sama seperti hatinya saat ini.
DRR!! DRR!! DRR!!
"Halo. Iya pah.. iya aku udah sampe kok.. oke oke.. iya aku mau minta alamatnya juga.. oke pah, makasih." telepon dari ayah membuat semangat Nadia bertambah berkali lipat.