“Iya,” balasnya.
Ketika aku akan menghisap rokok kretekku, pengemis tua itu mucul kembali dihadapanku. “Bapak lagi ada masalah?” katanya.
“Kenapa bapak ada di sini?” tanyaku.
“Istri bapak tidak ada di rumah, kan?” ia belum memnjawab pertanyaanku, malah ia balik bertanya.
“Mau saya bantu?” tanyanya.
“Tunggu pak,” kataku segera menyambar tangannya, untuk menghentikan langkahnya.
“Saya enggak lama kok.”
“Maaf pak, saya enggak usah dibantu,” ucapku sambil memohon.
“Kenapa? Kalau enggak mau di bantu kenapa sedih?”
“Saya sangat mencintai istri saya, tapi saya takut kalau dibantu bapak, nanti bapak akan beri saya tiga wanita yang sangat cantik, lalu wanita cantik baru kemudian istri saya, meskipun istri saya tidak cantik tapi saya mencintainya sepenuh hati, saya tidak ingin membagi cinta saya pada wanita lain.” Pengemis itu tersenyum.
“Baiklah pejamkan matamu, hitung sampai tiga, lalu buka,” perintahnya. Aku menuruti apa yang diperintahkannya.