Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Balada Sebuah Kejujuran

27 November 2023   08:08 Diperbarui: 27 November 2023   08:16 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tas saya hilang,” kataku pada petuga keamana itu.

“Baik, nanti bapak turun dengan saya di stasiun terdekat,” pintanya, aku menuruti sarannya, lalu aku menjalani serangkaian proses untuk pelaporan barang hilang.

Aku merasa kesal sekali, susah payah aku membuat tulisan agar hari ini bisa aku presentasikan agar dimoderasi lalu naik cetak ternyata harus menelan kenyataan yang pahit di pagi ini.

Langkahku gontai menuju kantor, kulirik jam tanganku sudah pukul 10: 05 rapat pagi pasti sudah berakhir, pikirku, percuma saja ke kantor yang ada hanya kena semprot. Di ujung rel aku lihat ada warung bubur kacang hijau, aku memutuskan singgah untuk menenangkan pikiranku.

“Kang … kopi Liong ada?”

“Ada.”

“Boleh, bang.” Aku langsung menuju meja paling ujung, langsung kubakar sebatang kretek, kuhisap dalam-dalam lalu kuhempaskan jauh-jauh, aku ingin membuang segala kesialanku bersama kepulan asap putih yang menari-nari di hapanku. Seorang pengemis tua datang menghampiriku, “Permisi pak.”

Aku langsung mengangkat tanganku, “Permisi pak.” Pengemis itu kembali mengatakan kalimat itu.

“Maaf ya pak,” kataku menolaknya sopan.

“Permisi pak, saya dari tadi perhatiin bapak, mukanya kusut, ada apa?” tanyanya.

Aku baru saja kehilangan laptop, dan sekarang dihadapanku ada orang asing yang modusnya ingin menipuku. “Engak ada apa-apa pak,” kataku sambil mengeluarkan uang dua ribu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun