“Saya tidak minta uang, saya ingin bantu …” Pengemis tua itu menatapku. “Bapak kehilangan tas yang isinya laptop kan?”
Mataku terbelalak mendengar ucapan pengemis tua itu, “Bapak yang ambil laptop saya?” tuduhku.
“Bukan, saya hanya senang bantu orang, bapak mau saya bantu?”
Mendengar itu aku berada dipersimpangan antara mempercayainya atau tidak, “Bapak bisa bantu saya apa?”
Pengemis itu tersenyum, “Tunggu di sini, sebentar saja.” Ia pergi setelah mengatakan itu. Hari ini sangat tidak bersahabat denganku, mana mungkin seorang pengemis bisa mengembalikan tas yang berisi laptop.
Kulirik jam tangan pukul 10:50, sebaiknya aku beranjak dari sini sebelum persahabatanku dengan hari semakin berantakan. “Pak, apakah ini tas bapak,” suara dari pengemis tua yang tiba-tiba berdiri di hadapanku. Tas hitam itu memang mirip persis seperti tas yang kupunya, beserta jahitan di bagian kompartemen depan yang kutambal dengan bordiran kepala tengkorak.
“Ini tas saya,” teriakku.
“Apa lapotop ini punya bapak?” tanyanya sambil mengeluarkan isi dalam tas itu.
Laptop berwarna hitam sangat bagus sekali, terlihat seperti laptop gaming. “Bukan, itu bukan punya saya.”
“Tunggu di sini, jangan pergi, saya titip tas dengan laptopnya.” Pengemis itu segera pergi.
Selang beberapa menit ia sudah menunjukan batang hidungnya. “Nah, kalau yang ini punya bapak?”