"Kamu pernah menulis?"
"Pernah."
"Menulis apa?"
"Nulis bareng bapak," kataku perlahan.
"Bapakmu penulis?" Raut wajahnya berubah, terlihat penasaran menunggu jawabanku.
"Bukan."
"Lah ... terus bapak kamu sebagai apa?"
"Bapak saya ngojol." Ia menepuk keningnya ketika mendengar jawabanku tadi.
"Kamu nulis apa sama bapak kamu?" tanyanya pelan, wanita itu agak tersenyum, terlihat gigi gingsulnya, ternyata wanita itu manis juga kalau tersenyum.
"Nulis pesanan, kalau ada yang pesen makanan, saya sering bantuin bapak nulis."
"Astaga," Ia melepas kacamatanya, menutup wajahnya lalu menarik tangannya ke atas, jari-jarinya menahan rambut kunignya yang tergerai di wajahnya setelah itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatapku. "Siapa yang menyuruh kamu melamar di kantor ini?" tanyanya.