Ia berdiri lalu memanggil namaku, "Suratno," ia melirik sambil memanggil namaku.
"Saya, Bu." Aku berdiri segera menghampirinya.
"Bawa portofolionya?" Ia menanyakan kata yang sama sebelumnya pada orang sebelumku, orang itu menjawab tidak, lalu orang itu di suruh pulang dan kembali lagi besok.
"Maaf, Bu ... saya enggak ngerti por ... pot ... poto ... itu namanya susah." Aku menggaruk-garuk kepalaku.
"Kalau tidak ada, Anda kembali lagi saja besok," ucapan yang sama dengan orang yang tadi sebelumku.
"Maaf bu, saya udah nulis ini, saya enggak ngerti poto ... itu." Aku menyodorkan kertas yang berisi cerita dengan kisah tentang aku yang sedang berada di kantor ini, tulisan itu aku beri judul : bapakku ngojol. Wanita yang duduk di meja resepsionis itu tadi menyuruhku untuk menulis biodata di kertas itu, karena lembar belakangnya kosong jadi aku buat saja cerita pendek.
"Maaf mas, kami tidak menerima tulisan ini, silakan kembali lagi besok dengan portofolio yang lengkap dalam bentuk digital atau cetak." Ia mengembalikan kertas yang baru saja kuberikan.
"Tunggu ..." Seorang wanita yang berwajah oriental mengambil kembali kertas itu. "Kamu nulis sebanyak ini berapa lama?"
"lima belas menit kayaknya?" balasku. Ia terlihat sedang menikmati tulisanku, ia menatapku, lalu tersenyum.
"Kita terima dia," teriak wanita dengan wajah oriental itu.
"Tapi ..." kata resepsionis.